Scroll untuk membaca artikel
Chandra Iswinarno
Selasa, 23 April 2019 | 14:25 WIB
Edi Wibowo (45), anggota Linmas Desa/Kecamatan Cipari, Cilacap, Jawa Tengah, meninggal dunia diduga kelelahan bertugas menjaga tempat pemungutan suara Pemilu 2019. [Suara.com/Teguh Lumbiria]

SuaraJawaTengah.id - Suasana duka masih menyelimuti kediaman Edi Wibowo, seorang Linmas di Desa Cipari Kecamatan yang meninggal akibat kelelahan setelah menjaga TPS selama penyelenggaraan Pemilu 2019, Selasa (23/4).

Wajah sendu juga masih tampak pada ibunda almarhum Mugiarti (74) saat menyambut kerabat yang melayat, termasuk Suara.com.

Mugiarti bercerita, almarhum merupakan sosok yang baik. Menghadapi bulan Ramadan, almarhum sudah mempersiapkan segala sesuatunya. Termasuk di dalamnya, menyiapkan kebutuhan bumbu dapur untuk keperluan sahur dan berbuka puasa.

"Dia yang mempersiapkan itu, karena dia yang masak," katanya dengan mata berkaca-kaca.

Baca Juga: Kelelahan Jaga TPS Pemilu, Anggota Linmas di Cilacap Meninggal Dunia

Berkaitan dengan tugas pengamanan saat pemilu, almarhum memiliki semangat tinggi. Jiwa sosial dan solidaritas dengan sesama Linmas juga tinggi. Almarhum yang memiliki sepatu dan kaos seragam lebih dari satu, kemudian dipinjamkan kepada rekannya.

"Iya, dia pinjamkan," katanya, mulai tak kuasa membendung air mata.

Saudara kandung almarhum, Teguh Widiatno membenarkan, bahwa almarhum merupakan satu-satunya anak yang selama ini tinggal bersama ibunya.

Sedangkan, Teguh yang berprofesi sebagai TNI, bersama empat saudara kandung lainnya, menjalankan tugas di luar daerah.

"Memang almarhum yang merawat ibu di sini. Sedangkan kami, sesekali pulang untuk ketemu. Sehingga merasa kehilangan sekali," kata dia.

Baca Juga: Anggota KPPS yang Gugur Bertambah, Di Banten Menjadi Tujuh Orang Meninggal

Apalagi, lanjut dia, selama penyelenggaraan Pemilu kemarin, almarhum disibukkan dengan tugas menjaga TPS. Setidaknya dalam tiga hari, saat itu, ia nyaris tidak tidur.

"Almarhum memang demikian. Punya semangat dan komitmen yang tinggi dalam menjalankan tugas," kata dia.

Dengan kepergian almarhum, lanjut dia, pihak keluarga merasa sangat kehilangan. Namun disadari, semuanya milik Tuhan dan pada akhirnya akan kembali kepada-Nya.

"Kehilangan sudah pasti. Namun kembali lagi, sudah takdir, jadi harus ikhlas," kata dia.

Sementara itu, di mata warga, almarhum merupakan sosok yang baik dan rajin beribadah. Almarhum menjadi muazin di Mushola Nur Zaman, dekat rumahnya.

"Sebenarnya di musala kami, tidak ada yang khusus ditunjuk sebagai muazin. Siapa yang sempat dan mau, dipersilahkan. Nah, almarhum ini yang rajin sekali azan, terutama saat magrib," kata seorang warga setempat, Sugoro.

Demikian halnya pada Minggu petang, beberapa saat sebelum almarhum mengeluhkan sakit. Almarhum pula yang mengumandangkan azan di mushola itu.

Sepanjang yang didengar Sugoro, nada dan lengkingan azannya berbeda dari biasanya.

"Nadanya lebih tinggi, lebih melengking dan lebih merdu," kata dia.

Namun tak disangka, kumandang azan itu menjadi yang terakhir dari almarhum. Setelah itu ia sakit dan meninggal, meski sudah mendapatkan perawatan intensif di Puskesmas Cipari.

Kontributor : Teguh Lumbiria

Load More