Scroll untuk membaca artikel
Chandra Iswinarno
Rabu, 15 Mei 2019 | 06:30 WIB
Ananda Hafidh Rifai Kusnanto pelajar SMAN 4 Solo berhasil meraih nilai UNBK rata-rata 100. (Suara.com/Ari Purnomo)

SuaraJawaTengah.id - Dapat mewujudkan cita-cita diterima di tempat kuliah yang diinginkan menjadi motivasi kuat bagi pelajar peraih nilai UN sempurna, Ananda Hafidh Rifai untuk terus giat belajar menghadapi Ujian Nasional (UN).

Terlahir dari keluarga sederhana, Hafidh menunjukan kegigihannya meriah mimpi. Sejak ayahnya meninggal beberapa waktu lalu, sang ibu, Supatmi harus menggantikan peran ayahnya. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Supatmi berjualan mainan.

Namun kondisi tersebut tak membuat Hafidh berpangku tangan. Setidaknya, hal tersebut ditunjukannya dengan menuai hasil yang membuat kagum, lantaran meraih nilai total 400 untuk empat mata pelajaran yang diujikan dalam UN, meliputi Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris dan Peminatan Jurusan.

Pun capaian tersebut terasa istimewa, lantaran tahun ini UN menggunakan soal-soal Higher Order Thinking Skills (HOTS) yang terkenal sulit dan menjadi momok buat sebagian besar siswa dan berbuah manis dengan diterima di jurusan Teknik Elektro Universitas Gadjah Mada (UGM).

Baca Juga: Tanpa Bimbel, Anak Penjual Mainan di Solo Raih Nilai UNBK Rata-rata 100

"Kaget sebenarnya. Apalagi ketika tahu empat mapel mendapatkan nilai 100. Saya sebelumnya tidak memasang target. Cuma kalau bisa saya harus dapat nilai bagus. Alhamdulilah-nya saya lolos SNMPTN [Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri] di Universitas Gadjah Mada [UGM]," kata Hafidh kepada Solopos.com - jaringan Suara.com di sela-sela aktivitasnya, Senin (13/5/2019).

Hafidh, yang mengidolakan sosok BJ Habibie ini, mengaku berkeinginan melanjutkan studi di jurusan teknik. Pun tanpa disangka diterima di jurusan Teknik Elektro UGM.

Kecerdasan Hafidh sebenarnya sudah terlihat sejak lama. Salah satunya, saat dia berhasil meraih medali perak dalam ajang Olimpiade Astronomi tingkat nasional yang diselenggarakan di Riau pada 2017 lalu.

Untuk mengasah kemampuannya, Hafidh terus belajar dari buku-buku yang dimilikinya. Beberapa latihan terus dilakukan agar bisa menyelesaikan persoalan saat ujian.

"Tidak ikut bimbel, hanya latihan rutin di rumah. Menggunakan buku-buku pelajaran yang ada. Kalau ikut bimbel takut ngrepotin ibu," katanya.

Baca Juga: Legislator Minta Pemerintah Evaluasi UNBK 2019

Lebih lanjut, usai menjalani UN, Hafidh dan teman-teman membahas soal yang baru saja dikerjakan. Dari hasil pembahasan tersebut, Hafidh menemukan beberapa jawaban yang berbeda dari jawaban teman-temannya. Bahkan, ia juga sempat berdebat dengan teman-temannya terkait jawaban mereka.

"Soal-soalnya memang susah banget. Karena beda jauh sama soal yang keluar tahun-tahun lalu. Tidak ada bayangan model soal seperti itu bakal keluar di ujian. Kalau kebetulan tidak pernah latihan model soal kayak begitu tidak akan bisa ngerjain. Tidak paham caranya," ungkap Hafidh.

Untuk mata pelajaran Peminatan, Hafidh mengaku lebih optimistis. Namun, ia hanya memperkirakan bisa meraih nilai 95 untuk mapel tersebut.

"Karena ada beberapa soal yang saya ragukan jawabannya benar atau tidak. Kalau mapel Peminatan biasanya saya cuma belajar materi yang belum dikuasai. Awalnya saya kurang menguasai Matematika sehingga jadi sering belajar Matematika daripada mapel lainnya," jelasnya.

Meski begitu, Hafidh mengaku tidak menggunakan metode belajar khusus. Ia hanya belajar seperti saat menghadapi ujian biasanya.

"Alhamdulillah dapat faktor beruntungnya datang saat UNBK," tandasnya.

Load More