Scroll untuk membaca artikel
Bangun Santoso
Kamis, 25 Juli 2019 | 11:10 WIB
Salah seorang warga memberikan makan kawanan monyet di Kecamatan Wangon, Banyumas. (Suara.com/Teguh Lumbiria)

SuaraJawaTengah.id - Di tengah musim kemarau, sekawanan monyet berekor panjang di Dusun Cikakak, Desa Cikakak, Kecamatan Wangon, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah masuk ke pemukiman warga untuk mencari makan.

Salah satunya adalah sebuah warung kopi dan gorengan milik Karsini, tidak jauh dari Masjid Saka Tunggal Baitussalam. Warung ini juga menyediakan jagung, pisang, dan kacang.

“Belakangan ini monyet-monyet sudah mulai berdatangan ke sini. Mereka mencari makan,” kata Karsini, ditemui Suara.com, Kamis (25/7/2019).

Fenomena ini terjadi diduga karena sumber makanan di kawasan hutan mulai berkurang. Sehingga kawanan monyet menjadi kesulitan mencari makan di dalam hutan, hingga akhirnya turun masuk ke pemukiman.

Baca Juga: Monyet Pegang HP dan Selfie, Christian Sugiono Ikutan Terjepret...

Sadar akan kebutuhan itu, Karsini kerap memberi makan monyet-monyet yang mendatangi warungnya. Perempuan berjilbab ini paham betul makanan kesukaan monyet-monyet liar, mulai dari pisang, kacang, atau jagung.

Satwa bernama latin Macaca fascicularis itu juga suka pada ketupat dan gorengan yang ia jual.

“Lihat monyet butuh makan, kasihan jadinya dikasih. Toh mereka tidak buas, walapun tidak satupun yang dipelihara,” kata Karsini.

Baginya, monyet menjadi bagian makhluk hidup yang telah lama tinggal di wilayah tersebut. Kesehariannya bisa hidup berdampingan, walau terkadang suka usil.

“Kadang suka nyuri makanan. Tapi ya itu, namanya juga monyet,” kata dia.

Baca Juga: Viral, Monyet Acungkan Jari Tengah saat Ganggu Turis Berfoto di Bali

Warga lainnya, Tarjuki mengatakan, masuknya monyet liar ke permukiman menjadi keniscayaan. Karena hutan yang menjadi naungan mereka, sumber makanannya telah berkurang saat kemarau.

Begitu pula di area perkebunan warga. Lahan yang sedianya berisi sumber makanan, kini lebih banyak ditanami kayu-kayuan. Karena kesulitan, monyet pun jadi lari ke perkampungan untuk cari makan.

Sekretaris Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Masjid Saka Tunggal Cikakak, Jarwoto Andi Purnomo mengakui, sudah mulai ada sejumlah monyet yang turun ke permukiman warga di tengah musim kemarau ini. Namun sesuai pengamatan pihaknya, jumlahnya masih relatif sedikit.

“Musim kemarau ini belum terlalu banyak (monyet yang masuk ke perkampungan), karena musim liburan kemarin banyak pengunjung jadi banyak yang kasih makan. Jadi wisatawan yang kasih makan itu sangat berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan makan bagi monyet,” kata Jarwoto.

Ia menghitung, populasi monyet di Cikakak saat ini sudah mencapai ribuan. Mayoritas dari mereka bernaung di hutan.

“Sistemnya mereka berkelompok. Terhitung ada 5 kelompok monyet, sekaligus tempat bernaung di hutan," katanya.

Kebun Buah untuk Monyet

Ilustrasi monyet. (freedigitalphotos)

Sementara itu, untuk menyetop kelakuan nakal dan usil dari kawanan monyet liar yang masuk ke pemukiman. Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) setempat menggagas pembuatan kebun buah.

Sekretaris Pokdarwis Masjid Saka Tunggal Desa Cikakak, Jarwoto Andi Purnomo mengatakan, kebun buah itu rencananya akan disiapkan di kawasan wisata.

Untuk diketahui, area wisata di wilayah itu menitikberatkan pada keberadaan Masjid Saka Tunggal Baitussalam. Di sekeliling masjid bersejarah ini terdapat area lapang dan makam yang menjadi tempat peristirahatan terakhir masyarakat setempat, semenjak pendahulunya.

Pada kompleks area tanah lapang itulah digagas akan disiapkan kebun buah untuk menjadi sumber makanan bagi monyet.

“Kita punya wacana menggandeng kelompok tani menanam tanaman buah-buahan yang sifatnya tidak mengenal musim di kompleks wisata, seperti jambu biji. Kita antisipasi biar monyet tidak berkebiasaan mencari apalagi mencuri makanan di hunian warga atau perkebunan,” kata Jarwoto.

Rencana tersebut masih dalam tahap persiapan. Faktor penunjang dan potensi kendala masih terus dipertimbangkan.

“Kendalanya, kadang tanaman yang belum berbuah saja suka dirusak sama monyet. Jadi butuh persiapan lebih untuk merealisasikanya," kata dia.

Kontributor : Teguh Lumbiria

Load More