Scroll untuk membaca artikel
Chandra Iswinarno
Sabtu, 15 Februari 2020 | 04:35 WIB
Mbah Karni Martiwijoyo (tengah) bersama anaknya yang nomor tiga Sumini, 67, (kiri) dan menantunya Wagimin, 72, (kanan) duduk lesehan di teras depan rumahnya, Dukuh Pandak RT 004/RW 001, Desa Krikilan, Masaran, Sragen, Jumat (14/2/2020). [Solopos]

SuaraJawaTengah.id - Bagi Warga Desa Krikilan Kecamatan Masaran Kabupaten Sragen, nama Karni Martowijoyo atau biasa dipanggil Mbah Karni terdengar familiar. Perempuan yang memiliki enam anak tersebut dikenal warga sebagai salah satu orang tertua di desa tersebut.

Tahun ini, Karni menghitung, usianya genap 123 tahun. Meski begitu, secara fisik kulitnya sudah menunjukan kerutan bahkan pendengarannya pun sudah tak sebaik ketika masih muda. Saat Solopos.com-jaringan Suara.com menyambangi kediaman Mbah Karni di Dukuh Pandak RT 004/RW 01 Desa Krikilan Kecamatan Masaran Sragen pada Jumat (14/2/2020), dirinya sedang duduk ditemani anaknya nomor tiga, Sumini (67) dan menantunya, Wagimin (72).

Karni sendiri tinggal di rumah peninggalan almarhum suaminya bersama Sumini. Namun, kini kedua mata Sumini sudah rabun tetapi mata ibunya, Karni masih bisa melihat dengan jelas.

Sembari duduk lesehan di teras rumahnya, Karni ada beberapa benda menyerupai buntalan plastik warna ungu di sampingnya. Plastik itu kerap dibawanya ke mana pun, karena berisi kinang lengkap dengan tembakau, daun sirih, injet dan gambir.

Baca Juga: Kiyoko Ozeki, Orang Tertua di Jepang yang Raih Gelar Doktor

“Saya tidak pernah minum jamu apa-apa. Jamunya ya nginang,” ujar Karni sembari tertawa lebar memperlihatkan giginya yang sudah ompong kepada Solopos.com-jaringan Suara.com.

Dia kemudian bercerita tentang umur yang telah dilaluinya. Mbah Karni menghitung, sudah seabad lebih menjalani hidup di dunia.

“Saat suami saya masih hidup, umur saya sudah dihitung, yakni 100 tahun lebih 20 tahun. Suami dan saya itu umurnya hampir sama karena satu generasi," kata dia.

Ketika Zaman Jepang menjajah Indonesia, Karni mengemukakan sudah memiliki satu anak yang sudah besar. Sekarang canggah (generasi kelima) Karni ada 10 orang.

"Anaknya hanya enam, tetapi cucu dan buyut sudah lupa jumlahnya saking banyaknya,” kata Karni yang diamini Sumini.

Baca Juga: Orang Tertua di Dunia Meninggal

Karni memang dikenal sebagai perempuan tertua di Desa Krikilan, Kecamatan Masaran. Saat Zaman kolonial Belanda, Karni sudah bersembunyi dari desa satu ke desa lainnya.

Namun Karni sudah lupa tahun kelahirannya. Anak sulung Karni yang tinggal di Sragen, Suminah, diperkirakan berumur 80 tahun atau lahir pada 1940. Kemungkinan umur Karni sekarang memang sudah 100-an tahun.

Semasa masih muda, Karni sudah berpengalaman menjadi pedagang. Mulai dari pedagang beras, daun, sampai jualan garam. Bahkan ketika beras mahal, Karni pernah makan nasi gogik dengan sayur krokot.

“Dulu semua mahal. Sekarang saja sudah enak. Saya ini sudah tua. Jalan dari belakang rumah ke depan rumah saja sudah berat. Bisanya yang duduk-duduk begini,” katanya.

Juru kunci makam Pandak, Gimo, 75, membenarkan bila Mbah Karni orang tertua di Desa Krikilan. Kalau di Kecamatan Masaran, Gimo tidak mengetahui.

Load More