Scroll untuk membaca artikel
Budi Arista Romadhoni
Kamis, 03 September 2020 | 11:06 WIB
Ilustrasi pertanian (pixabay)

SuaraJawaTengah.id - Meskipun terjadi Pandemi COVID-19, bahan pangan menjadi kebutuhan pokok masyarakat. Dinas Pertanian Ketahanan Pangan dan Perikanan (DPKPP) Klaten memperkirakan perputaran uang di sektor tani di kabupaten setempat per tahun mencapai triliunan rupiah.

Kepala DPKPP Klaten, Widiyanti mengatakan, potensi bisnis di sektor pertanian itu mulai dari persiapan sarana prasarana, pelaksanaan produksi, hingga proses pemasaran.

"Dari aspek benih saja. Setahun itu [target] luas tanam 70.000 ha. Dengan luasan itu setidaknya butuh sampai 2.000 ton benih di Klaten. Dari benih saja dalam setahun itu bisa sampai Rp2 miliar," kata Widiyanti dilansir solopos.com, Rabu (2/9/2020).

Potensi bisnis lain haiti bidang pertanian seperti pembuatan bibit, jasa tanam menggunakan transplanter, hingga pascapanen. Dari aspek pascapanen, potensi yang ada yakni dalam hal pengemasan serta pemasaran.

Baca Juga: Mentan Dukung Penerbitan Sertifikasi Benih Secara Virtual

"Jika berbicara khusus padi saja, dalam setahun uang yang beredar sudah triliunan rupiah. Nilai itu kami tidak berhitung pada pupuk anorganik. Jadi sebenarnya sektor pertanian sangat potensial,” ucapnya.  

Widiyanti berharap masyarakat Klaten termasuk kalangan milenial serta Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) menggarap potensi bisnis itu, agar perputaran uang di sektor pertanian tetap dinikmati petani dan warga setempat.

“Harapan kami fee dari aspek bisnis sektor pertanian bisa dinikmati masyarakat Klaten. Misalkan petani cari benih tidak harus keluar dari Klaten," kata Widiyanti.

Kemudian Soal desa yang mulai melirik potensi di sektor pertanian, Widiyanti menuturkan sudah ada sejumlah desa seperti di Desa Gempol, Kecamatan Karanganom, Klaten.

Disinggung upaya DPKPP agar pasar potensi bisnis di sektor pertanian bisa dikelola di Klaten, Widiyanti menjelaskan masih merintis dengan Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) untuk mendapatkan potensi dari pemasaran benih padi.

Baca Juga: 17 Pegawai Positif Covid-19, Kementerian Pertanian RI Lockdown!

"Kami coba melalui KTNA dengan proses pemasaran dulu untuk membangun jaringan. Ketika jaringan sudah ada, kemudian bergerak pada penangkaran benih," urai dia.

Soal desa yang mulai melirik potensi di sektor pertanian, Widiyanti menuturkan sudah ada sejumlah desa seperti di Desa Gempol, Kecamatan Karanganom, Klaten.

Disinggung upaya DPKPP agar pasar potensi bisnis di sektor pertanian bisa dikelola di Klaten, Widiyanti menjelaskan masih merintis dengan Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) untuk mendapatkan potensi dari pemasaran benih padi.

"Kami coba melalui KTNA dengan proses pemasaran dulu untuk membangun jaringan. Ketika jaringan sudah ada, kemudian bergerak pada penangkaran benih," urai dia.

Mengolah Hasil Panen

Disinggung agar petani bisa meningkatkan nilai pendapatan mereka dari hasil produksi padi, Widiyanti mengatakan bisa dilakukan dengan mengolah terlebih dahulu hasil produksi padi. 

Sayangnya, kebanyakan petani memilih menjual hasil produksi padi mereka ke penebas.

"Kalau ke penebas memang lebih simpel langsung dapat uang. Di samping itu juga mungkin di rumah tidak ada lantai jemur. Itu permasalahannya. Sebenarnya kalau bisa dibawa pulang dan diolah terlebih dahulu sebelum dijual hasilnya, selisih keuntungannya itu Rp1 juta sampai Rp2 juta," ungkap dia.

Namun, ia mengaks tidak akan path semangat untuk mendampingi para petani. Sebab, jika petani dapat mengolah hasil panen nulai tukarnya akan meningkat. 

"Ini yang menjadi tantangan kami. Kalau mau meningkatkan kesejahteraan [di sektor pertanian], kita harus berorientasi pada aspek bisnisnya. Yang jelas potensi bisnis pertanian besar,” ujar Widiyanti.

Load More