Scroll untuk membaca artikel
Risna Halidi
Sabtu, 05 Desember 2020 | 15:34 WIB
Ilustrasi Belajar Tatap Muka Akan Dibuka Pada Januari 2021

SuaraJawaTengah.id - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah memberikan lampu hijau kepada sekolah untuk menyelenggarakan pembelajaran tatap muka mulai Januari 2021 mendatang.

Mengacu keputusan tersebut, sekolah dan orangtua dituntut memiliki kesiapan matang untuk mempersiapkan secara menyeluruh aspek kesehatan yang dibutuhkan anak.

Berbicara dalam acara Lifepack & Jovee beberapa waktu lalu, dr. Ajeng Indriastari, Sp.A sebagai dokter spesialis anak menyadari banyaknya pro dan kontra mengenai isu sekolah tatap muka pada 2021.

Namun di satu sisi, dokter Ajeng juga percaya bahwa pembelajaran jarak jauh yang telah berlangsung selama berbulan-bulan telah membuat anak merasa jenuh.

Baca Juga: Anak Akan Sekolah Tatap Muka, IDAI Minta Orangtua Pertimbangkan Ini

"Bisa dikatakan hanya efektif pada 15 menit pertama pembelajaran dimulai, selebihnya anak-anak akan terdistraksi dengan kegiatan lainnya. Namun di sisi lain, orangtua merasa aman sekolah di rumah untuk menghindari virus corona karena penyebaran virus ini tidak main-main dan sangat mengkhawatirkan," kata dokter Ajeng melalui siaran pers yang diterima Suara.com.

Berdasarkan data terkini dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), proporsi anak-anak terinfeksi virus corona Covid-19 sebesar 11,3 persen. Selain itu, Jurnal dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC) mengungkapkan risiko anak terkena virus corona lebih rendah 20 kali dari kelompok usia tua.

Meski risiko anak terkena terinfeksi Covid-19 lebih rendah, kata dokter Ajeng, bukan berarti kewaspadaan hilang. Apalagi anak-anak tetap memiliki risiko terinfeksi dan menginfeksi ke orang lain.

Kata dokter Ajeng, beberapa hal yang perlu dipersiapkan untuk memulai sekolah tatap muka adalah;

Pertama, komitmen seluruh pihak untuk memutus rantai penularan. Pemerintah khususnya pemerintah daerah harus menyiapkan aturan protokol kesehatan yang ketat untuk sekolah dengan menyiapkan regulasi bahwa tingkat pendidikan sekolah apa yang akan dibuka.

Baca Juga: Masih Berisiko, Ketua Satgas IDI: Sekolah Tatap Muka Tunda Dulu

"Jika tingkat pendidikan SMA hingga Universitas mungkin bisa diterapkan aturan dengan baik. Justru yang mengkhawatirkan adalah jika dibukanya tatap muka untuk tingkat SD dan SMP," tambahnya.

Kedua, sekolah juga perlu menyiapkan aturan dan Sumber Daya Manusia yang siap. Selain proses screening dan penerapan protokol kesehatan yang ketat dari mulai suhu tubuh hingga menerapkan 3M, sekolah juga perlu mengatur jumlah siswa yang akan masuk di dalam kelas.

"Kapasitas bisa dikurangi hingga 25 persen saja yang bisa belajar di kelas, hal ini penting untuk menjaga jarak bagi setiap anak di kelas."

Ketiga, guru juga harus berperan aktif sebagai petugas kesehatan yang sigap. Selain itu, pihak sekolah juga bisa maksimalkan Unit Kesehatan Sekolah (UKS), isi stok obat-obatan generik, bahkan jika perlu siapkan petugas medis seperti dokter yang bertugas di sekolah.

"Namun, setiap sekolah pasti memiliki kapasitas yang berbeda. Maka dari itu, pemanfaatan layanan telemedicine untuk berkonsultasi dengan dokter serta layanan apotek digital dapat menjadi alternatif solusi bagi sekolah," tambahnya.

Selain itu, untuk mempersiapkan anak kembali ke sekolah, penting bagi orangtua untuk memerhatikan dan menjaga sistem imun agar anak-anak tidak rentan terkena paparan virus.

Menjaga sistem imun bisa didapatkan dengan mengonsumsi multivitamin untuk menjaga sistem imun tubuh yang mengandung antioksidan tinggi.

Tidak hanya itu, kegiatan belajar juga memerlukan asupan baik bagi kesehatan otak dan saraf anak-anak agar terhindar dari paparan radikal bebas, serta bantu menjaga pembentukan dan fungsi otak sehingga dapat meningkatkan performa belajar pada anak.

Load More