Scroll untuk membaca artikel
Ronald Seger Prabowo
Rabu, 14 Juli 2021 | 14:39 WIB
Pemakaman jenazah  Covid-19 di Salatiga [Suara.com/Dafi Yusuf]

Dia menceritakan, lonjakan kasus Covid-19 gelombang pertama yang terjadi beberapa bulan lalu sempat membuatnya kewalahan. Saat itu dalam satu hari  saja dia bisa memakamkan tiga jenazah.

"Saat itu mampu memakamkan tiga jenazah pasien Covid-19 dalam semalam," katanya.

Banyaknya pasien Covid-19 yang meninggal membuatnya harus standby selama 24 jam. Hal itulah  yang membuatnya terkadang harus tidur di kuburan.

"Mau nggak mau harus siap dipanggil kapan saja. Bahkan kami harus tidur di kuburan," ucapnya.

Baca Juga: Angka Positif Masih Naik, IDI Sebut Masyarakat Indonesia Tak Paham Tujuan PPKM Darurat

Dia berharap tak ada lonjakan angka kematian pada gelombang kedua pandemi Covid-19 tahun ini. Selain itu, Lucky juga mengingatkan masyarakat agar lebih taat protokol kesehatan.

"Kenaikan kasus Covid-19 di gelombang kedua ini menjadi pembelajaran bagi masyarakat agar lebih tertib prokes," katanya.

Sementara itu, relawan pemakaman Covid-19 yang lain, Pelo menjelaskan, tak hanya meningkatnya jumlah permintaan pemakaman pasien Covid-19, penyemprotan disinfektan juga meningkat.

Masyarakat beberapa minggu terakhir ini seringkali meminta para relawan untuk menyemprot disinfektan di wilayah pemukiman atau perkantoran sebagai upaya memutus rantai penyebaran Covid-19.

"Ya karena kasus mulai tinggi masyarakat jadi lebih waspada kembali," terangnya.

Baca Juga: Pekan Ini, Pasien COVID 19 Sumsel Terbanyak selama Pandemi

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan, lonjakan kasus Covid-19 di Jateng menunjukkan hasil positif. Jika minggu sebelumnya terdapat 25 Kabupaten/Kota di Jateng yang masuk zona merah, kini jumlah daerah resiko tinggi itu turun dan hanya menjadi 19 daerah.

Load More