"Sebelum PPKM motor saya jual satu untuk nutup modal saat Guci ditutup tahun lalu, saat awal-awal corona. Terus buat modal jualan saat libur Lebaran saya minjem uang lagi. Tapi pas Lebaran Guci ternyata ditutup lagi, jadi nggak bisa jualan. Pas sudah harus bayar utang belum ada uang, jadi jual lagi satu motor kemarin. Satu motor harganya Rp 4 juta. Motornya keluaran tahun lama, makanya murah," ujarnya.
Kondisi sulit yang sedang dialami Rohati juga berimbas pada pendidikan anak sulungnya, Laelatul Inayah (20). Memasuki semester dua, Laelatul yang kuliah di Universitas Negeri Semarang (Unnes) jurusan Seni dan Budaya terpaksa cuti karena tidak bisa membayar uang semester.
"Kuliah anak saya per semester Rp 4 juta. Sudah masuk semester dua. Pas semester satu masih bisa bayar, semester kedua nggak bisa akhirnya keluar, cuti dulu. Sempat kerja di home stay tapi sekarang berhenti karena lagi sepi," ucapnya.
Rohati pun berharap Guci bisa segera dibuka lagi agar dia bisa kembali mendapat penghasilan dan anaknya bisa melanjutkan kuliah.
Baca Juga: Korupsi Bansos Covid-19, Pengacara Aa Umbara Singgung Sosok Berpengaruh 'HK'
"Kalau situasi sudah normal, anak pengennya lanjut kuliah. Makanya saya usaha kecil-kecilan supaya anak bisa kuliah. Dia cita-citanya jadi guru," harapnya.
Ketua Paguyuban Pondok Wisata Guci Sopan Sofiyanto mengatakan, ada sekitar 700 pelaku usaha yang terdampak panutupan Guci, mulai dari pemilik home stay hingga pedagang. Dari jumlah itu, 95 persen sepenuhnya mengandalkan penghasilan dari wisatawan yang datang ke Guci.
"Otomatis sejak Guci ditutup 8 Juni, bahkan sebelum PPKM, mereka tidak punya penghasilan. Sedangkan angsuran di bank tidak ada hari liburnya. Kebutuhan pokok dan kebutuhan anak juga harus terpenuhi. Apalagi sekolah kan daring, perlu pulsa," ujarnya.
Menurut Sopan, pelaku usaha kecil yang tak memiliki sumber penghasilan lain mencoba bertahan selama Guci ditutup dengan berbagai cara. Mereka ada yang sampai menjual sepeda motor dan menggadaikan sertifikat rumah atau tanah.
"Harapannya Guci dibuka kembali, tapi cara-caranya kami bingung, harus seperti apa. Makanya pelaku wisata melakukan pengibaran bendera putih atas inisiatif masing-masing karena sudah menyerah dengan keadaan. Harapannya ada solusi dari pemerintah untuk pelaku wisata seperti kami," ujarnya.
Baca Juga: Penting! Tips dan Prosedur Pemberian ASI saat Ibu Menyusui Positif Covid-19
Kontributor : F Firdaus
Berita Terkait
-
Warteg Lewat, Ini 7 Kuliner Khas Tegal yang Cuma Ada saat Lebaran
-
Pasar Saham Indonesia Terjun Hebat, Lebih Parah dari IHSG Era Pandemi COVID-19?
-
Trump Sempat Telepon Presiden China Soal Asal-Usul COVID, Ini Kata Mantan Kepala CDC!
-
Survei: Milenial Rela Rogoh Kocek Lebih Dalam untuk Rumah Modern Minimalis
-
Sukatani Guncang Tegal! Konser Perdana Usai Viral Berakhir Meriah: Berkat Solidaritas Kawan-kawan
Terpopuler
- Kode Redeem FF 2 April 2025: SG2 Gurun Pasir Menantimu, Jangan Sampai Kehabisan
- Ruben Onsu Pamer Lebaran Bareng Keluarga Baru usai Mualaf, Siapa Mereka?
- Aib Sepak Bola China: Pemerintah Intervensi hingga Korupsi, Timnas Indonesia Bisa Menang
- Suzuki Smash 2025, Legenda Bangkit, Desain Makin Apik
- Rizky Ridho Pilih 4 Klub Liga Eropa, Mana yang Cocok?
Pilihan
-
4 Rekomendasi HP Murah Rp 2 Jutaan Lancar Main Free Fire, Terbaik April 2025
-
9 Rekomendasi HP Murah Rp 2 Jutaan Lancar Main Game, Terbaik April 2025
-
Seharga Yamaha XMAX, Punya Desain Jet: Intip Kecanggihan Motor Listrik Masa Depan Ini
-
Demi Jay Idzes Merapat ke Bologna, Legenda Italia Turun Gunung
-
Misi Mathew Baker di Piala Asia U-17 2025: Demi Negara Ibu Tercinta
Terkini
-
Viral Tarian Bagi-bagi THR Diduga Tarian Yahudi? Ini Penjelasan Lengkapnya
-
Kenapa Banyak yang Menikah di Bulan Syawal? Ini Jawabannya
-
Habbie, UMKM Minyak Telon Binaan BRI Tampil dengan Prestasi Keren di UMKM EXPO(RT) 2025
-
Operasi Ketupat Candi 2025: Kapolda Jateng Kawal Kenyamanan Pemudik di Jalur Solo-Jogja
-
Terapkan Prinsip ESG untuk Bisnis Berkelanjutan, BRI Raih 2 Penghargaan Internasional