Budi Arista Romadhoni
Jum'at, 02 September 2022 | 17:19 WIB
Suasana “dusun mati” Puntingan yang tidak berpenghuni di Desa Dlimas, Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten Magelang, Jumat (2/9/2022). [Suara.co/ Angga Haksoro Ardi]

"Mau dijual tapi belum laku. Rumah besar itu. Yang beli namanya Pak Kumpul, warga Desa Dawung. Beli rumah untuk anaknya tapi nggak mau menempati."

Kami penasaran mengapa warga Dusun Puntingan satu per satu meninggalkan rumah mereka terbengkalai. Juga tidak satupun anak keturunan mereka mau menempati rumah warisan di dusun itu.

"Dulu kan orang-orangnya kurang (bergaul). Kalau sama tetangga kurang bergaul. Kadang-kadang iri sama waris. Kurang rukunlah," kata Sakdan.

Gumuk Angker

Soal cerita-cerita warga sekitar Puntingan yang menyebut dusun itu dikuasai makhluk asral yang membuat para penghuninya tidak betah, Sakdan menjelaskan.

"Menurut saya bukan karena ada gangguan (makhluk halus). Cuma memang tempatnya singup. Gumuk ini kalau orang bilang angker. Sebelah makam itu ada gumuk yang di tengahnya ada pohon pakel."

Menurut orang-orang tua di Desa Dlimas, keberadaan bukit kecil (gumuk) di Dusun Puntingan ada kaitannya dengan kisah terbentuknya Gunung Tidar.

Makhluk halus yang diceritakan menguasai tanah Jawa sempat akan mendirikan kerajaan di kawasan ini, sebelum mendirikan Gunung Tidar.

Namun rencana itu batal karena proses mistis mendirikan gunung keburu ketahuan oleh manusia. "Gunung Tidar itu tadinya mau didirikan di sini. Tapi keburu ketahuan orang. Sebelum ada jago kluruk ada warga yang menyapu sarean yang bawah."

Baca Juga: Kuat Ma'ruf Sempat Ancam Brigadir J Pakai Pisau Saat di Magelang, Apa Penyebabnya?

Sekitar 200 meter dari Dusun Puntingan masuk ke arah hutan, terdapat 2 kompleks makam: makam bawah dan makam atas.

Kompleks makam bawah terdapat makam yang diyakini sebagai sarean Raden Rahmat yang konon seorang priyayi dari Demak. Di kompleks makam itu juga ada kuburan seorang putri asal Jepara.

Kompleks makam atas khusus dipakai untuk menguburkan warga Dusun Puntingan. Istiono salah satu warga Puntingan yang dimakamkan di lahan itu.  

Menurut Sakdan di kompleks makam atas juga terdapat peninggalan yoni dan lingga. Belum jelas apakah keberadaan benda purbakala lambang kesuburan itu menunjukkan adanya kampung kuno di sekitar Dusun Puntingan pada masa kerajaan Hindu.   

Makam Raden Rahmat kata Sakdan, hingga saat ini masih sering diziarahi pada malam Jumat Kliwon atau Selasa Kliwon. Para peziarah sering menggunakan mushola di Dusun Puntingan untuk beribadah sebelum atau setelah berziarah.    

Mushola itu menjadi satu-satunya bangunan di Dusun Puntingan yang masih dipakai. "Dibangun sejak warga sini masih ada. Sampai sekarang masih dipakai. Ada orang ziarah, buat orang beristirahat dari sawah."

Load More