"Crowd safety management (manajemen keamanan massa) itu belum dipahami, bukan oleh masyarakat saja, tetapi juga oleh penyelenggara, event organizer, dan juga pemerintah sebagai pihak yang berwenang. Stakeholders-nya belum pada aware (sadar) terhadap ini," kata Zulkifli pada Senin (31/10/2022).
Zulkifli menjelaskan manajemen keamanan massa kerap kali “dikesampingkan” ketika target utamanya adalah keuntungan secara ekonomi, dan hal itu yang terjadi di Indonesia.
Dalam kasus festival musik Berdendang Bergoyang, polisi mendalami dugaan pencetakan tiket yang berlebih.
Ada dua hal yang menurut Zulkifli harus dilakukan pihak penyelenggara sebelum menggelar sebuah acara yang akan dibanjiri massa – entah itu festival musik, pertandingan olahraga, atau kampanye politik— yakni pencegahan dan mitigasi.
Penyelenggara acara harus bisa menentukan “besarnya risiko”, yang dihitung dari jumlah orang yang akan datang, dan “keadaan daruratnya”, misalnya kebakaran, bentrokan, atau bahkan bencana alam.
"Baru kita bisa menentukan untuk mencegah hal itu bisa terjadi. Dari sisi fasilitasnya, mengatur kapasitas, misalnya mengatur flow (pergerakan massa), fasilitas-fasilitas untuk evakuasi dan menyelamatkan nyawa, itu siap nggak di tempat berlangsungnya acara-acara tersebut sebelum acaranya dibuka?"
"Saya nggak yakin ada assessment (penilaian) seperti itu,” ujar Zulkifli.
Ketika acara hendak berlangsung dan para pengunjung sudah datang, Zulkifli juga mengatakan, pihak penyelenggara harus memberikan pengenalan dasar-dasar keselamatan.
Beberapa hal yang harus diberitahukan kepada pengunjung adalah jalur evakuasi, lokasi titik kumpul, apa yang harus dilakukan ketika keadaan darurat, petugas-petugas yang bertanggung jawab saat kondisi darurat, dan lokasi pertolongan pertama (tim medis).
Baca Juga: Calon Perawat Ini Tewas dengan Organ Tubuh yang Rusak Parah di Tragedi Itaewon
Zulkifli menyayangkan ketika prosedur itu benar-benar dilakukan, itu tidak dilakukan dengan sungguh-sungguh dan dianggap “formalitas”
Selain dari pihak penyelenggara, Zulkifli juga mengimbau para pengunjung, peserta, atau penonton untuk peka terhadap kondisi sekitar, “jangan 100% terhanyut dengan apa yang kita senangi”.
"Ketika kita lihat ada eskalasi-eskalasi yang akan menuju kepada peristiwa-peristiwa yang bersifat bencana atau darurat, pada saat itu kita harus bersikap dan kemudian mengambil keputusan. Ada batas toleransi yang nggak boleh dilalui, ketika mulai ada baku hantam, kita harus segera ambil sikap, mengevakuasi diri sendiri," kata Zulkifli menjelaskan.
Namun, dia juga menyayangkan, ketika massa sudah memiliki kesadaran itu, beberapa penyelenggara justru “tidak paham tentang eskalasi tersebut”, seperti tidak membuka pintu untuk evakuasi, seperti yang terjadi pada tragedi Kanjuruhan.
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Sepatu Lokal Senyaman On Cloud Ori, Harga Lebih Terjangkau
- 5 Body Lotion Niacinamide untuk Cerahkan Kulit, Harganya Ramah Kantong Ibu Rumah Tangga
- Menguak PT Minas Pagai Lumber, Jejak Keluarga Cendana dan Konsesi Raksasa di Balik Kayu Terdampar
- 5 HP Murah Terbaik 2025 Rekomendasi David GadgetIn: Chip Mumpuni, Kamera Bagus
- 55 Kode Redeem FF Terbaru 9 Desember: Ada Ribuan Diamond, Item Winterlands, dan Woof Bundle
Pilihan
-
Rencana KBMI I Dihapus, OJK Minta Bank-bank Kecil Jangan Terburu-buru!
-
4 Rekomendasi HP 5G Murah Terbaik: Baterai Badak dan Chipset Gahar Desember 2025
-
Entitas Usaha Astra Group Buka Suara Usai Tambang Emas Miliknya Picu Bencana Banjir Sumatera
-
PT Titan Infra Sejahtera: Bisnis, Profil Pemilik, Direksi, dan Prospek Saham
-
OJK: Kecurangan di Industri Keuangan Semakin Canggih
Terkini
-
Memperkuat Inklusi Keuangan: AgenBRILink Hadirkan Kemudahan Akses Perbankan di Daerah Terluar
-
15 Tempat Wisata di Pemalang Terbaru Hits untuk Liburan Akhir Tahun
-
10 Wisata Semarang Ramah Anak Cocok untuk Libur Akhir Tahun 2025, Pertama Ada Saloka Theme Park
-
BRIsat Jadi Pilar Transformasi Digital BRI dan Penguatan Ekosistem Keuangan Nasional
-
Terbanyak di Indonesia, Gubernur Ahmad Luthfi Serahkan SK Kepada 13 Ribu Orang PPPK Paruh Waktu