SuaraJawaTengah.id - Angka kemiskinan ekstrem di Jawa Tengah (Jateng) yang masih cukup tinggi, menjadi problem dan membutuhkan perhatian dari banyak pihak.
Mulai dari pemerintah, anggota dewan, maupun masyarakat itu sendiri. Selain karena menjadi problem yang tidak mudah, tetapi juga menjadi kepentingan yang harus diselesaikan bersama.
Wakil Ketua DPRD Jateng, Heri Pudyatmoko memaparkan hal tersebut ketika membedah faktor kemiskinan yang masih mengakar di Jateng.
Menurut pemaparannya, kemiskinan menjadi permasalahan yang bersifat multidimensional dan disebabkan oleh banyak faktor. Di mana tidak hanya dominan dalam sektor ekonomi, melainkan juga politik, sosial, budaya dan sistem permasyarakatan lainnya.
"Salah satu faktor utama dan menjadi karakteristik penduduk miskin yaitu karena faktor pendidikan yang rendah dan berada dalam pekerjaan informal," katanya.
Sehingga, ia melanjutkan, perlu adanya dorongan pertumbuhan ekonomi tidak hanya di wilayah kota, melainkan juga hingga ke desa-desa.
Selain itu, faktor geografis turut berpengaruh dalam pemerataan kesejahteraan masyarakat. Hal ini dikarenakan berkaitan dengan sirkulasi informasi di sektor ekonomi yang juga menjadi terbatas.
Salah satunya dalam hal permodalan dan akses pasar. Terutama oleh para petani dan wirausaha kecil.
"Faktor ini yang masih menjadi salah satu PR dan harus segera diselesaikan. Karena berpengaruh pada keterbatasan informasi penduduk, dalam mengakses program-program penanggulangan kemiskinan seperti sekolah gratis, pengobatan gratis, jaminan kesehatan dan bantuan sosial lainnya," jelasnya.
Baca Juga: Asik! 461 KK di Kebumen Tidak Gelap-gelapan Lagi, Dapat Sambungan Listrik Murah dari Ganjar
Dalam penyelesaiannya, Heri menegaskan, harus bersinergi antara sektor pengembangan ekonomi dengan pertumbuhan pembangunan infrastruktur di daerah-daerah.
"Penanganan harus berjalan dari banyak sektor sekaligus. Semua pihak bekerja sama dengan memenuhi tanggung jawab serta mencapai keberhasilan di sektornya masing-masing. Sehingga bisa lebih cepat sampai ke peningkatan yang ingin dicapai," tegasnya.
Hal ini turut mengacu pada mandatori kebijakan pemerintah pusat, melalui arahan/instruksi Presiden untuk mencapai tingkat kemiskinan ekstrem nol (zero) persen pada tahun 2024.
Diketahui, persentase penduduk miskin ekstrem di Jawa Tengah mengalami penurunan dari 2,28 persen pada tahun 2021 menjadi 1,97 persen pada tahun 2022. Akan tetapi, upaya pengentasan kemiskinan masih harus menjadi program prioritas.
Hal ini mengingat masih ada 15 kabupaten/kota dengan tingkat kemiskinan yang masih di atas rata-rata Provinsi Jateng dan Nasional.
"Diperlukan upaya bagaimana terus memperkuat sektor-sektor unggulan Jawa Tengah, agar tetap tumbuh positif. Karena merupakan kontributor terbesar pada perekonomian Jawa Tengah," pungkasnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Sepatu New Balance Diskon 70% Jelang Natal di Sports Station
- Analisis Roy Suryo Soal Ijazah Jokowi: Pasfoto Terlalu Baru dan Logo UGM Tidak Lazim
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
Pilihan
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
Terkini
-
Danantara dan BP BUMN Hadirkan 1.000 Relawan, Tegaskan Peran BUMN Hadir di Wilayah Terdampak
-
Turunkan Bantuan ke Sumatera, BRI Juga akan Perbaiki dan Renovasi Sekolah
-
Pertamina Patra Niaga Gelar Khitan Massal di Cilacap, Wujud Syukur HUT ke-68 Pertamina
-
5 MPV Diesel Pilihan Rp150 Jutaan yang Worth It untuk Keluarga di Akhir 2025
-
BRI Perkuat Aksi Tanggap Bencana Alam, 70 Ribu Jiwa Terdampak Beroleh Bantuan