SuaraJawaTengah.id - PGRI Kota Semarang menilai prioritas guru dan tenaga kependidikan atau tendik diangkat sebagai pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja (PPPK) adalah langkah yang tepat.
Hal itu menyusul langkah Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu yang menyatakan bahwa guru non-ASN khususnya di tingkat pengajar sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP) mendapat tiket bisa berkesempatan menjadi PPPK.
"Kami mengapresiasi kebijakan yang diambil Bu Ita, seluruhnya bisa diangkat PPPK itu perjuangan utama kami," kata Ketua PGRI Kota Semarang, Nur Khoiri, Jumat (21/6/2024).
Nur Khoiri menilai, upaya Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang melakukan pembinaan bagi guru non-ASN sudah cukup baik. Sejumlah pelatihan-pelatihan itu nantinya diharapkan bisa menjadi modal bagi guru non-ASN ketika diangkat sebagai PPPK.
Baca Juga: Duh! 28 Armada Trans Semarang Lebihi Ambang Batas Emisi
Kendati begitu, pihaknya mengaku terus berkomunikasi dan berkoordinasi dengan orang nomor satu di Kota Semarang tersebut. Misalnya, apabila masih ada guru non-ASN yang belum diangkat PPPK pada batas waktu penghapusan tenaga honorer per Desember 2024 mendatang, perlu ada solusi.
Dia menjelaskan tujuannya adalah untuk kebaikan pendidikan di Kota Semarang. Di antaranya, Khoiri tidak ingin kelas-kelas akan kosong apabila tak semua guru non-ASN belum berkesempatan diangkat PPPK.
"PGRI memandang di Kota Semarang tidak boleh ada kelas yang tidak ada gurunya, sedangkan kuota PPPK dari pusat terbatas," ujarnya.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, pihaknya mendorong perempuan yang akrab disapa Mbak Ita tersebut agar tetap memberi kesempatan guru non-ASN mengajar di kelas.
"Artinya dalam konteks ini saya meminta kepada Bu Wali jika guru non-ASN tidak bisa semua terangkat PPPK, maka masih ada kelas butuh guru dari non-ASN," ujarnya.
Baca Juga: Wacana Duet Yoyok Sukawi-Ade Bhakti di Pilkada Kota Semarang, Ini Kata Pengamat
Sementara itu, Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu terus berupaya meningkatkan kesejahteraan bagi guru dan tenaga pendidik Non-ASN.
Berita Terkait
-
Kesejahteraan Psikologis Guru Honorer, Solusi atau Ilusi?
-
Kisah Inspiratif dari NTT: Guru Honorer Berjuang Demi Pendidikan di Desa Terpencil
-
Meriahnya Kirab Budaya Dugderan Sambut Ramadan di Semarang
-
Korupsi Meja Kursi SD, Wali Kota Semarang dan Suami Diciduk KPK
-
Dibui Bareng Suami Gegara Korupsi, Mbak Ita Raih Upeti Rp2,4 M dari Iuran Sukarela Pegawai Bapenda Semarang
Terpopuler
- 10 Transformasi Lisa Mariana, Kini Jadi Korban Body Shaming Usai Muncul ke Publik
- Daftar Pemain Timnas Belanda U-17 yang Gagal Lolos ke Piala Dunia U-17, Ada Keturunan Indonesia?
- Titiek Puspa Meninggal Dunia
- Gacor di Liga Belanda, Sudah Saatnya PSSI Naturalisasi Pemain Keturunan Bandung Ini
- Eks Muncikari Robby Abbas Benarkan Hubungan Gelap Lisa Mariana dan Ridwan Kamil: Bukan Rekayasa
Pilihan
-
Terbang ke Solo dan 'Sungkem' Jokowi, Menkes Budi Gunadi: Dia Bos Saya
-
6 Rekomendasi HP Murah dengan Kamera Beresolusi Tinggi, Terbaik April 2025
-
Harga Emas Terbang Tinggi Hingga Pecah Rekor, Jadi Rp1.889.000
-
Dari Lapangan ke Dapur: Welber Jardim Jatuh Cinta pada Masakan Nusantara
-
Dari Sukoharjo ke Amerika: Harapan Ekspor Rotan Dihantui Kebijakan Kontroversial Donald Trump
Terkini
-
KUR BRI Dukung Warung Bu Sum Sate Kere Beringharjo Terus Tumbuh dan Lestari
-
Kisah Horor Rumah Sakit di Purwokerto: Banyak Hantu Menyerupai Dokter?
-
Lonjakan Trafik Idulfitri Capai 87,7 Persen di Jateng, Kebumen Tertinggi Penggunaan Jaringan Indosat
-
Misteri Dewi Lanjar dan Kisah Kelam Pantai Slamaran Pekalongan
-
Makam Keramat di Tengah Taman Hiburan Terbengkalai: Kisah Mistis Wonderia Semarang