Kisah KPPS di Semarang Alami Cedera Tangan Saat Rekapitulasi Suara

Pria kelahiran Pati berusia 53 tahun ini menceritakan, patah tulang lengan kirinya itu didapat saat mencoba bertumpu di tanah karena kursi yang dia duduki patah.

Chandra Iswinarno
Rabu, 24 April 2019 | 14:56 WIB
Kisah KPPS di Semarang Alami Cedera Tangan Saat Rekapitulasi Suara
Ketua KPPS TPS 72 Muktiharjo Kidul Kecamatan Pedurungan Kota Semarang, Hadi Utomo memperlihatkan foto hasil rontgen pergelangan tangan kirinya yang patah, saat melakukan rekapitulasi suara Pemilu 2019 di Kantor Kepala Sekolah SMP 42 Semarang, Rabu (24/4/2019). [Suara.com /Muhamad Alfi M]

SuaraJawaTengah.id - Nyeri masih dirasakan Hadi Utomo, setelah tujuh hari pergelangan tangan kirinya dioperasi di RS Panti Wilasa Citarum Semarang, Jawa Tengah.

Cedera tersebut dia dapatkan saat bertugas sebagai Ketua Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) Tempat Pemungutan Suara (TPS) 72 Muktiharjo Kidul Kecamatan Pedurungan Kota Semarang, pada Pemilu 2019, 17 April lalu.

Meskipun belum fit 100 persen, bapak empat anak ini tetap bekerja seperti biasanya di SMP 42 Semarang sejak Senin (22/4/2019).

Sebagai kepala sekolah, dia merasa bertanggung jawab untuk ada di tengah siswa-siswinya yang sedang menjalani Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK).

Baca Juga:Nihil Riwayat Sakit, Ketua KPPS di Sleman Mendadak Meninggal Sehabis Pemilu

"Saya masih diberi keselamatan dengan mengalami patah tulang lengan saat bertugas kemarin. Sebab kabar di beberapa tempat, ada ketua dan anggota KPPS hingga petugas kemanan yang meninggal setelah bertugas di Pemilu 2019," kata Hadi sambil menunjuk sebuah surat kabar yang ada di meja kantornya Rabu (24/4/2019).

Pria kelahiran Pati berusia 53 tahun ini menceritakan, fraktur tulang lengan kirinya itu didapat saat mencoba bertumpu di tanah karena kursi yang dia duduki patah.

Terlalu berat menopang badan, salah satu tulang di tangan kirinya tidak kuat menahan dan akhirnya posisi tulang tersebut tidak sebagaimana mestinya.

"Saat itu, sedang rekapitulasi surat suara DPR RI. Kami, petugas KPPS di TPS 72, berdiri saat membacakan perolehan suara. Beberapa lembar sudah saya bacakan hasilnya, lalu saya ingin sejenak beristirahat saat itu. Namun kursi plastik yang saya duduki patah. Saat terjatuh, lengan kiri yang saya gunakan untuk bertumpu rasanya nyeri dan terlihat ada tulang yang tidak dalam posisi yang seharusnya," beber Hadi.

Kejadian tersebut dikatakan sesudah kumandang adzan shalat Ashar. Cedera yang dialami Hadi, membuat proses rekapitulasi terhenti beberapa menit.

Baca Juga:Ratusan Petugas KPPS Meninggal, LIPI Usul Pemilu 2024 Pakai e-Voting

Suami dari Endang Setyaningsih ini kemudian dibantu orang yang ada di sekitar TPS untuk pulang ke kediamannya di RT 003 RW 20 Kelurahan Muktiharjo Kidul. Akhirnya, keluarga membawa Hadi ke rumah sakit terdekat dan harus mendapatkan perawatan selama tiga hari dua malam.

Adapun proses rekapitulasi suara dikatakan selesai sekitar pukul 01.00, Kamis (18/4/2019). Petugas KPPS lainnya dapat menyelesaikan tugas tanpa adanya Hadi saat itu.

"Sakit yang saya alami ini merupakan musibah yang biasa. Selama dua penyelenggaraan Pemilu sebelumnya, yakni Pemilu 2014 dan Pilkada Jateng 2018 di RW 20 Muktiharjo Kidul berjalan lancar dan tidak terjadi apa-apa. Hanya saja, insiden kemarin memang tidak bisa dihindari lagi dan terjadi begitu cepat," ungkap Hadi.

Dia juga tidak kapok mendapat kepercayaan sebagai penyelenggara Pemilu. Sebab sebagai Aparatur Sipil Negara dan jabatannya sebagai sekretaris RW 20, membuat dirinya terpanggil untuk melayani masyarakat. Satu diantaranya sebagai KPPS.

"Sebuah kehormatan bagi saya ditunjuk sebagai KPPS dalam Pemilu. Cedera yang saya dapatkan ini tidak sama sekali membuat saya menyesal," tandas Hadi.

Hadi saat ini juga harus merelakan diri untuk menggunakan transportasi umum maupun online untuk beraktifitas. Sebab, cedera di tangan kirinya itu membuat dirinya tidak bisa menggendari mobil pribadi maupun sepeda motor seperti hari-hari biasanya.

"Sementara pakai Grab atau Gojek dulu buat kemana-mana. Dokter bilang, pen yang ada di tangan saya baru bisa diambil satu sampai dua bulan ke depan. Baru setelah itu bisa pulih seperti dulu," lanjut Hadi.

Semua biaya pengobatan yang didapat Hadi, juga keluar dari kantong pribadinya. Dia tidak sempat menggunakan fasilitas BPJS Kesehatan saat itu karena dirasa merepotkan jika mengurus pada hari libur.

"Bantuan biaya pengobatan dari KPU juga belum ada. Namun jika tidak ada, saya tidak apa-apa pakai uang sendiri," pungkas Hadi.

Kontributor : Muhamad Alfi Makhsun

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini