Ironis, dari ratusan warga di RT 013 yang diundang mengikuti kumbokarnan, sebagian besar tidak datang.
Bahkan, saat keluarga mengedarkan punjungan yang berisi aneka makanan kepada warga, sebagian besar dikembalikan.
Bingkisan teh dan gula yang sebelumnya diserahkan kepada ketua RT setempat juga ikut dikembalikan.
“Hati saya rasanya tidak keruan. Niat baik saya memberi punjungan kok malah dikembalikan. Sejumlah punjungan yang dikembalikan itu bahkan tertera nama-nama yang menolak punjungan itu,” beber Suhartini.
Baca Juga:Hajatan Mantu di Sragen Diboikot Warga karena Pilkades, Ini Faktanya
Lantaran mendapat respons kurang baik dari warga sekitar, mau tidak mau Suhartini mengandalkan tenaga dari luar. Umumnya, mereka didatangkan saudara-saudara Suhartini dari luar desa, bahkan luar kecamatan.
Beruntung, warga Majelis Tafsir Alquran (MTA) Sumberlawang, Sragen, juga ikut membantu menjadi rewang dan melayani tamu undangan, khususnya dari keluarga besan. Mereka sudah membantu pekerjaan di rumah Suhartini sejak Selasa (15/10/2019) hingga hari H, Rabu (16/10/2019).
“Ada sejumlah warga sekitar yang kasihan lalu nekat datang ke kemari walau sempat dihalang-halangi segelintir orang. Mereka bahkan diancam dengan kata-kata titenono mengko kalau masih mau jadi rewang hajatan Bu Hartini. Ancaman seperti itulah yang membuat warga lain ikut-ikutan memboikot hajatan itu,” kata Purwadi, keponakan dari Suhartini.
Sebagaimana diinformasikan, kisah tentang pemboikotan hajatan di Sumberlawang, Sragen, ini sempat viral di media sosial. Penyebabnya karena beda pilihan saat pilkades.
Baca Juga:Pilkades jadi Ajang Judi, Lelaki Paruh Baya dan Pemuda Dicokok Polisi