Bos Pabrik Keset Dikarantina Virus Corona di Rumah Angker Sragen

Rochmadi nekat datang ke Desa Sepat untuk mengurus pekerjaan.

Pebriansyah Ariefana
Senin, 04 Mei 2020 | 17:05 WIB
Bos Pabrik Keset Dikarantina Virus Corona di Rumah Angker Sragen
ilustrasi rumah angker di Jakarta (Shutterstock)

SuaraJawaTengah.id - Seorang pria dari Semarang, Rochmadi, 40 dikarantina di sebuah rumah angker di Desa Sepat, Kecamatan Masaran, Sragen, Senin (4/5/2020). Rochmadi nekat datang ke Desa Sepat untuk mengurus pekerjaan.

Berdasarkan laporan yang diterima Kades Sepat, Mulyono, Rochmadi masuk desa itu pukul 03.45 WIB. Rochmadi menginap di rumah warga tanpa seizin ketua RT setempat.

Saat itu pula, Mulyono dan pengurus karang taruna mendatangi rumah warga tersebut itu. Rochmadi langsung ditegur.

Rochmadi diminta tinggal di rumah angker yang menjadi tempat karantina.

Baca Juga:Mirip Film, China Gunakan Robot untuk Awasi Karantina Covid-19

Rochmadi mengaku datang ke Desa Sepat karena alasan pekerjaan. Dia bermaksud mengurus kebutuhan kain yang menjadi bahan baku pembuatan keset. Rochmadi merupakan pemilik usaha kerajinan keset di Semarang yang memiliki beberapa karyawan dari Desa Sepat. Rochmadi akan tinggal di Desa Sepat selama 5 hari.

Lantaran tidak diperkenankan menginap di rumah warga, Rochmadi akhirnya dijemput Satgas Covid-19 Desa Sepat untuk dimasukkan ke rumah angker yang dijadikan tempat karantina.

“Warga itu saya tegur karena ada tamu dari luar yang menginap kok diam saja. Kita tidak tahu apakah dia membawa virus atau tidak. Kalau dia tidur di rumah warga maka ini tidak akan memutus mata rantai virus itu. Oleh sebab itu, kami minta dia tinggal di rumah isolasi, bukan di rumah warga,” ujar Mulyono saat ditemui Solopos.com.

Namun sekira pukul 10.00 WIB tadi, Rochmadi kepadatan keluar dari rumah angker tempat karantina di Sragen itu untuk mengurus pekerjaannya. Sikap Rochmadi yang tidak tertib menjalankan karantina membuat Mulyono berang.

“Kami menegur dia karena sudah melanggar komitmen yang sudah ditandatangani sendiri. Namanya isolasi, dia tidak boleh ke mana-mana. Untuk urusan pekerjaan, dia bisa minta tolong temannya yang dipantau lewat ponsel. Kalau dia keluar dari rumah isolasi lalu bertemu banyak orang di desa ini itu namanya pelanggaran,” sambung Mulyono.

Baca Juga:Perancis Bebaskan Pelancong Asal Inggris dan Schegen dari Karantina Wajib

Sementara itu, Rochmadi, mengakui ada kesalahpahaman yang membuat ia nekat keluar dari rumah isolasi. Dia berdalih Pemdes Sepat memberi izin kepadanya mengurus pekerjaan di desa setempat, namun harus tinggal di rumah angker untuk karantina selama lima hari ke depan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak