"Dampak lockdown lokal ini pedagang yang rugi," ujarnya dikutip dari Solopos—jaringan Suara.com—Rabu (22/7/2020).
"Transaksi ekonomi pedagang dan pembeli di pasar ini bisa mencapai Rp 1,5 miliar per hari. Kalau ditutup selama lima hari, maka perputaran uang yang hilang bisa mencapai Rp 7,5 miliar."
"Kondisi itu terjadi di masa pandemi Covid-19. Dulu sebelum ada Corona, nilai transaksi itu bisa mencapai Rp 2 miliaran per hari,” ujarnya.
Harjono menerangkan aktivitas perdagangan di Pasar Gemolong hampir 24 jam karena menjadi pasar induk.
Baca Juga:Ganjar Pranowo: Apakah Indonesia Akan jadi Followers WHO Terus?
Pedagang Pasar Gemolong datang dari berbagai kabupaten/kota, seperti Kota Salatiga, Kabupaten Semarang, Boyolali, Grobogan, Karanganyar, dan Kota Solo.
Rugi Besar
Ketua Paguyuban Pedagang Guyup Rukun Pasar Gemolong Sragen, Waryono, membenarkan bila nilai transaksi pedagang di Pasar Gemolong bisa mencapai miliaran rupiah karena jumlah pedagangnya saja mencapai seribuan orang.
"Selama ditutup jelas pedagang rugi besar, apalagi sampai lima hari. Nilainya ya bisa miliaran rupiah. Nilai pastinya tidak tahu. Tapi dari jumlah pedagangnya yang mencapai 1.075 orang itu saja maka transaksinya sudah miliaran rupiah," ujarnya.
Bila asumsi yang disampaikan Harjono yang menyebut nilai transaksi harian di Pasar Gemolong mencapai Rp 1,5 miliar, maka jika dipukul rata setiap pedagang melakukan transaksi sampai Rp 1,16 juta per hari.
Baca Juga:Istri Idap Kanker Terima Donasi Rp 50 Juta, Suami Pakai Beli Sapi dan Motor