Kisah Polisi Covid Mengantarkan Jenazah Corona Hingga ke Liang Lahat

Julukan Polisi Covid disematkan kepada Broto, sejak warga sekitar mengeluhkan jauhnya tempat pemakaman jenazah warga Jatisari.

Chandra Iswinarno
Rabu, 19 Agustus 2020 | 18:47 WIB
Kisah Polisi Covid Mengantarkan Jenazah Corona Hingga ke Liang Lahat
Aiptu Broto mengendarai ambulans. [Suara.com/Dafi Yusuf]

SuaraJawaTengah.id - Di balik persoalan Pandemi Covid-19 di Kota Semarang, terdapat sosok yang memiliki peran besar dalam melayani warga terdampak virus yang kini masih menjadi ancaman warga.

Sosok tersebut adalah Aiptu Broto, yang akrab dijuluki warga sebagai 'Polisi Covid'. Broto yang sehari-hari dikenal sebagai petugas Babinsa Mijen, ternyata juga merangkap sebagai sopir mobil jenazah di Kelurahan Jatisari.

Julukan Polisi Covid disematkan kepada Broto, sejak warga sekitar mengeluhkan jauhnya tempat pemakaman jenazah warga Jatisari. Selain itu, jarak rumah sakit dengan permukiman warga juga sama jauhnya.

Lantaran itu, Broto berinisiatif menjadi sopir mobil jenazah yang digunakannya untuk mengangkut orang sakit dan warga Jatisari yang meninggal.

Baca Juga:Viral Mobil di Garut Halangi Ambulans Melintas hingga Pasien Meninggal

"Kebetulan ada mobil ambulan dari Lazisnu. Jadi saya manfaatkan untuk membantu warga," jelasnya saat ditemui di komplek Masjid Jami Jatisari, Rabu (19/8/2020).

Jika dihitung, lebih dari 70 jenazah telah diantarkannya ke pemakaman khusus Covid-19 di Jatisari.

Tak heran, jika Broto merupakan satu dari dua personel polisi yang mempunyai baju APD khusus Covid-19 secara lengkap di Indonesia.

Broto menjadi supir mobil jenazah tidak mematok harga. Ia hanya suka rela dan ikhlas membantu warga dan tak memungut biaya satu rupiah pun. Menurutnya, apa yang ia lakukan adalah menabung pahala di masa tua.

"Semua gratis, meski kadang-kadang kalau luar kota warga yang membayar ongkos bensin," ujarnya.

Baca Juga:Insentif Sopir Ambulans Belum Cair, Wagub DKI: Nanti Kami Cek

Tak jarang, ia mengantar jenazah hingga luar kota. Daerah yang paling jauh adalah Madura.

Ia rela mengantar jenazah dari Semarang menuju Madura karena keluarga jenazah yang di Semarang tidak cukup uangnya.

"Awalnya jenazah mau diantar rumah sakit. Namun biayanya terlalu mahal menurut keluarga jenazah. Akhirnya saya yang ngantar," katanya.

Selain itu, ia juga pernah mengantar jenazah ke Kota Bandung.

Saat itu, Broto sedikit takut karena keluarga jenazah yang ada di Jakarta dinyatakan positif Covid-19.

Namun, rasa takut tak menghalangi niat baiknya. Broto tetap mengantar jenazah hingga tempat tujuan.

Pengalaman yang cukup menakutkan karena setelah mengantar jenazah dari Bandung ia trpaksa pulang sendirian dan hanya bertemankan keranda jenazah.

"Ya keluarganya pada di sana, saya akhirnya pulang sendirian dengan keranda," ucapnya.

Awalnya, keluarganya sempat takut ketika Broto memutuskan untuk menjadi supir jenazah.

Selain ia harus membagi tugas menjadi polisi dan supir jenazah, keluarganya takut kalau Broto pulang membawa virus.

"Ya saya bilang ke keluarga saya, kan saya tahu caranya agar steril gimana. Kalau sekarang sudah pada nerima," imbuhnya.

Kontributor : Dafi Yusuf

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini