Ketika Adzan Berhenti, Umat Islam dan Nasrani Membuat Pohon Natal Bersama

Indahnya toleransi beragama, mereka saling gotong royong saat mempringati Hari Raya

Budi Arista Romadhoni
Kamis, 24 Desember 2020 | 12:25 WIB
Ketika Adzan Berhenti, Umat Islam dan Nasrani Membuat Pohon Natal Bersama
Ketika warga memperbaiki pohon natal di Jalan Pudaksari, Salatiga. (Suara.com/Dafi Yusuf)

SuaraJawaTengah.id - Menjelang Natal, warga Pudaksari, Kelurahan Kutowinangun, Kecamatan Tingkir Kota Salatiga menghiasi pohon cemara berukuran besar. Tak hanya yang beragama Kristen, melainkan warga yang beragama Islam juga turut membantu pembuatan pohon natal tersebut. 

Di desa tersebut, orang Islam dan Kristen gotong royong membuat pohon natal. Begitupula sebaliknya, pada hari raya umat Islam, warga yang beragama Kristen juga turut membantu perayaannya. 

"Mamang di sini sudah saling membantu seperti ini sejak empat tahun yang lalu," jalas Ucup salah satu warga Muslim Pudaksari, Kamis (24/12/2020). 

Pohon natal tersebut terletak di dekat Maajid, tepatnya di Jalan Pudaksari. Karena tempatnya di tepi jalan, tak jarang juga warga yang mengabadikan fotonya di pohon natal tersebut. 

Baca Juga:Bikin Yuk, Rice Crispy Ball Bentuk Pohon Natal yang Cantik

Meski lokasinya terbilang dekat dengan masjid, dia mengaku sudah berkomunikasi dengan takmir masjid. Ia mengatakan, takmir masjid setempat telah membolehkan adanya pohon natal di dekat masjid. 

"Ya sudah berkomunikasi, boleh kok," ucapnya. 

Untuk proses pembuatan pohon natal terasebut memakan waktu cukup lama. Seingatnya, untuk membuat pohon natal tersebut membutuhkan waktu 14 hari. 

"Ya memang cukup lama karena harus memasang lampu yang tinggi-tinggi," ujarnya. 

Menurutnya, ketika proses pembuatan juga tergolong unik. Ketika ada adzan, baik warga yang beragama Islam maupun Kristen berhenti untuk menghias pohon natal tersebut untuk menghormati warga yang beragama Islam. 

Baca Juga:Ribuan Wisatawan Liburan ke Sabang, Penginapan Penuh Dipesan

"Yang Islam kan ada yang beribadah juga, jadi harus menghormati," ucapnya. 

Hal yang sama juga dikatakan Sapto Winasis yang merupakan salah satu warga Nasrani di Pudaksari. Menurutnya, kultur toleransi memang sudah terbangun sejak ia masih kecil. 

Ia samawa warga Pudaksari merasabaman dan bahagia karena bisa gotongroyong meski agamanya berbeda-beda. Menurutnya, hal ini bisa menjadi bukti jika Salatiga merupakan kota yang damai dan rukun. 

"Ini pertanda jika warga Salatiga itu rukun-tukun," imbuhnya. 

Kontributor : Dafi Yusuf

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini