Moeldoko Tikung SBY, Apakah Karena Kualat dengan Megawati?

Moeldoko dipilih menjadi Ketua Umum Partai Demokrat versi KLB, hal itu membuat SBY geram

Budi Arista Romadhoni
Sabtu, 06 Maret 2021 | 11:39 WIB
Moeldoko Tikung SBY, Apakah Karena Kualat dengan Megawati?
Foto-foto kala Moeldoko diangkat SBY, yang notabene eks Ketua Umum PD sekaligus ayahanda AHY, sebagai Panglima TNI, tahun 2013. [Twitter/SBY]

SuaraJawaTengah.id - Dunia politik memang kejam, kadang teman bisa menjadi lawan dan sebaliknya lawan bisa menjadi teman. Hal ini rupanya terjadi pada Partai Demokrat dan Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY

Tak diduga, seorang Jenderal (Purn) Moeldoko dipilih menjadi Ketua Partai Demokrat versi KLB Sumatra Utara. Hal itu pun membuat SBY geram. 

Sebab Moeldoko adalah mantan bawahannya saat menjabat sebaga Presiden Republik Indonesia ke-6. Moeldoko diangkat menjadi Panglima TNI oleh Presiden SBY. 

SBY merasa bersalah karena pernah memberikan kepercayaan dan jabatan kepada Kepala Staf Kepresiden (KSP) Moeldoko.

Baca Juga:Dijadikan Ketua PD Versi KLB, Ade Armando Minta Moeldoko Mundur dari Istana

"Hari ini sejarah telah mengabadikan apa yang terjadi di negara kita, memang banyak yang tercengang dan tidak percaya bahwa KSP Moeldoko bersengkongkol, tega, dan dengan darah dingin melakukan kudeta," kata SBY dalam konferensi pers di Puri Cikeas, Jumat (5/3/2021) malam.

Foto-foto kala Moeldoko diangkat SBY, yang notabene eks Ketua Umum PD sekaligus ayahanda AHY, sebagai Panglima TNI, tahun 2013.
Foto-foto kala Moeldoko diangkat SBY, yang notabene eks Ketua Umum PD sekaligus ayahanda AHY, sebagai Panglima TNI, tahun 2013.

Menurut dia, perebutan kepemimpinan yang tidak terpuji tersebut jauh dari sikap kesatria dan nilai moral, serta mendatangkan rasa malu bagi seorang yang pernah aktif sebagai prajurit TNI.

"Termasuk rasa malu dan bersalah saya yang dahulu beberapa kali memberikan kepercayaan dan jabatan kepadanya (Moeldoko). Saya mohon ampun kepada Allah Swt. atas kesalahan saya itu," ujar SBY. 

Megawati Kecolongan

Namun jika melihat sejarah, apa yang dilakukan Moeldoko seakan kita teringat peristiwa Pilpres 2004. Yang saat itu Susilo Bambang Yudhoyono melawan Megawati Soekarno Putri. 

Baca Juga:Tolak dan Tak Akui Moeldoko Ketua Umum, Demokrat Jatim Solid Dukung AHY

SBY sebelumnya adalah seorang Menko Polhukam dari kabinet yang dipimpin Megawati. Namun SBY kala itu mengundurkan diri dan maju sebagai capres melawan Megawati bersama Jusuf Kalla. 

Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (kiri) berbincang dengan Presiden Ke-5 Megawati Soekarnoputri (kanan) saat menghadiri pemakaman ibu negara Ani Yudhoyono di Taman Makam Pahlawan Nasional Utama (TMP) Kalibata, Jakarta, Minggu (2/6). [Suara.com/Muhaimin A Untung]
Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (kiri) berbincang dengan Presiden Ke-5 Megawati Soekarnoputri (kanan) saat menghadiri pemakaman ibu negara Ani Yudhoyono di Taman Makam Pahlawan Nasional Utama (TMP) Kalibata, Jakarta, Minggu (2/6). [Suara.com/Muhaimin A Untung]

Belakangan ini, eks Sekjen Partai Demokrat Marzuki Alie bercerita bahwa Ketua Umum PDIP telah kecolongan dua kali oleh Susilo Bambang Yudhoyono pada Pilpres 2004 silam.

Awalnya Marzuki menyampaikan ceritanya dalam akun YouTube Akbar Faizal Uncensored, beberapa waktu lalu. Ia bercerita usai Pileg 2004 ia ditemui 4 mata oleh SBY. Menurutnya, SBY kala itu mengatakan bahwa Megawati akan kecolongan dua kali. 

Kecolongan yang dimaksud, pertama, SBY yang kala itu pernah menjabat sebagai Menko Polhukam di bawah kepimpinan Megawati sebagai Presiden ke-5 lebih memilih mundur. Isu mundurnya SBY karena merasa didzalimi berhembus. 

Kedua, SBY justru berpartisipasi pada Pilpres 2004 dengan memilih Jusuf Kalla sebagai wakilnya. Kala itu SBY-JK berhasil unggul dari pasangan calon Megawati-Hasyim Muzadi. 

Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanyo merespons pernyataan eks Sekjen Partai Demokrat Marzuki Alie. Hasto mengatakan, bahwa SBY telah terbukti memiliki desain pencitraan tersendiri termasuk istilah 'kecolongan dua kali'. Menurutnya, rakyat saat ini bisa menilai dugaan SBY dizalimi oleh Megawati pada 2004 tak terbukti. 

"Jadi kini rakyat bisa menilai bahwa apa yang dulu dituduhkan oleh Pak SBY telah didzalimi oleh Bu Mega, ternyata kebenaran sejarah membuktikan bahwa Pak SBY menzalimi dirinya sendiri demi politik pencitraan," kata Hasto dalam keterangannya, Rabu (17/2/2021). 

Presiden Joko Widodo, Wakil Presiden Jusuf Kalla, mantan Presiden B. J. Habibie, mantan Presiden Megawati Soekarnoputri, mantan Presiden Susilo Babang Yudhoyono di Istana Merdeka [Antara]
Presiden Joko Widodo, Wakil Presiden Jusuf Kalla, mantan Presiden B. J. Habibie, mantan Presiden Megawati Soekarnoputri, mantan Presiden Susilo Babang Yudhoyono di Istana Merdeka [Antara]

Hasto mengatakan, apa yang disampaikan Marzuki tersebut telah menjadi bukti bagaimana hukum moral tak terpenuhi dalam sosok eks Ketum Partai Demokrat tersebut. 

"Apa yang disampaikan oleh Marzuki Alie tersebut menjadi bukti bagaimana hukum moralitas sederhana dalam politik itu tidak terpenuhi dalam sosok Pak SBY," tuturnya. 

Lebih lanjut, Hasto menyindir SBY soal kepemilikan Blok Cepu yang beralih dari tangan Pertamina ke Exxon Mobil kala SBY masih menjabat sebagai Presiden. Menurutnya, hal tersebut membuat rakyat kecolongan. 

"Dengan pernyataan Pak Marzuki itu, saya juga menjadi paham, mengapa Blok Cepu yang merupakan wilayah kerja Pertamina, paska pilpres 2004, lalu diberikan kepada Exxon Mobil. Nah kalau terhadap hal ini, rakyat dan bangsa Indonesia yang kecolongan," tandasnya. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak