Puasa tidak memiliki "efek merugikan"
Laporan itu didasarkan pada analisis komparatif tingkat kematian Covid-19 selama Ramadhan tahun lalu, yang dimulai pada 23 April 2020, tak lama setelah gelombang pertama pandemi memuncak di Inggris.
Perayaan biasa dan shalat berjamaah di masjid dibatalkan selama bulan itu, sejalan dengan lockdown nasional.
Para peneliti menganalisis tingkat kematian di lebih dari selusin wilayah otoritas lokal di Inggris di mana populasi Muslim setidaknya 20 persen.
Baca Juga:Panen Raya di Garut Berpotensi Turunkan Harga Cabai Rawit
Mereka menemukan bahwa kematian terus menurun di daerah-daerah tersebut selama periode Ramadhan.
Lebih lanjut, tren ini berlanjut setelah Ramadhan menunjukkan bahwa tidak ada efek merugikan yang tertinggal dari puasa di wilayah Muslim.
Salman Waqar, yang ikut menulis penelitian tersebut, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa temuan tersebut menunjukkan bahwa Ramadhan tidak memiliki "efek merugikan" pada hasil Covid-19.
Dia mengindikasikan bahwa data tersebut juga bertentangan dengan komentar dari beberapa politisi dan komentator lain bahwa "komunitas tertentu, khususnya, Muslim" bertanggung jawab atas peningkatan kasus tahun lalu.
Al Jazeera menghubungi Departemen Kesehatan dan Perawatan Sosial (DHSC) Inggris untuk mengomentari laporan tersebut.
Baca Juga:Jelang Ramadan, Ustaz Riza Muhammad Perbanyak Ibadah Sunah
Sebagai tanggapan, juru bicara pemerintah tidak menanggapi temuan laporan tersebut secara langsung tetapi malah mengatakan ada "bukti jelas bahwa Covid-19 telah berdampak secara tidak proporsional pada kelompok tertentu".