Pedagang Pasar di Pemalang Memprotes Adanya Pembagian Bansos

Aksi ini dilakukan sebagai bentuk protes terhadap penyaluran Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) yang membuat dagangan mereka tidak laku terjual

Budi Arista Romadhoni
Kamis, 22 April 2021 | 17:29 WIB
Pedagang Pasar di Pemalang Memprotes Adanya Pembagian Bansos
Pedagang di Pasar Moga, Pemalang ramai-ramai membuang ‎tempe yang dijual ke tanah sebagai bentuk protes, Kamis (22/4/2021). (Istimewa)

SuaraJawaTengah.id - ‎Puluhan pedagang di Pasar Moga, Kabupaten Pemalang melakukan aksi membuang tempe yang dijual, Kamis (22/4/2021).  Aksi ini dilakukan sebagai bentuk protes terhadap penyaluran Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT).

Dalam video yang diungga‎h akun Instagram pemalang.update, tampak puluhan pedagang beramai-ramai melempar tempe yang dijualnya ke tanah di dalam kompleks pasar.

Para pedagang yang berdiri di sekitar lapak masing-masing terdengar bersorak-sorai dan bertepuk pangan begitu ada rekannya yang membuang tempe ke tanah.

Kondisi tanah yang ada di depan lapak para pedagang pun dipenuhi ratusan tempe yang berserakan dan menumpuk.

Baca Juga:Salurkan Bantuan Sosial, Kemensos selalu Mengedepankan Prinsip Transparansi

"Tempene dibuang-buangi‎, ora payu (tempenya dibuang‎, tidak laku)," ujar seseorang dalam video.

Salah seorang pedagang,‎ Rohilah mengatakan, dia dan rekan-rekannya terpaksa membuang tempe yang dijualnya karena tidak laku dan kondisinya sudah membusuk.

‎"Tidak laku jadi ya dibuang. Sekarang yang mau makan tempe yang busuk siapa‎," kata Rohilah, Kamis (22/4/2021).

Menurut Rohilah, aksi membuang tempe itu dilakukan sebagai bentuk protes terhadap penyaluran BPNT yang merupakan program pemerintah. 

‎Penyaluran bantuan sosial tersebut berdampak terhadap para pedagang karena bentuknya tidak lagi uang. Ketika bantuan itu sudah turun, pasar menjadi sepi pembeli karena penerima bantuan sudah mendapat sejumlah kebutuhan pokok.

Baca Juga:Cara Cek Bansos Rp 300 Ribu April 2021 di dtks.kemensos.go.id, Sudah Cair?

‎"PKH (BPNT) tetap jalan tidak apa-apa, karena itu bantuan dari pemerintah, tapi jangan bentuk barang, diuangkan saja. Jadi pasar tetap ramai, kami pedagang bisa ikut merasakan," katanya.

Rohilah mengaku terpaksa membuang tempe yang dijual sebanyak 15 hingga 25 eblek sehari setiap kali bantuan BPNT turun. Satu eblek yang berisi hingga 25 biji tempe dijual dengan harga Rp45 ribu.

"Saya rugi, benar benar rugi sejak ada PKH (BPNT). ‎Apalagi harga kedelai juga naik sampai Rp1,1 juta," ucapnya.

Kontributor : F Firdaus

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini