Legislatif Soroti Harga Minyak Goreng Melambung Tinggi: Sektor yang Mengagetkan

Harga minyak goreng belakangan ini melambung tinggi, bahkan dipasaran kadang susah didapatkan oleh masyarakat

Budi Arista Romadhoni
Rabu, 22 Desember 2021 | 21:18 WIB
Legislatif Soroti Harga Minyak Goreng Melambung Tinggi: Sektor yang Mengagetkan
Ilustrasi harga minyak goreng belakangan ini melambung tinggi, bahkan dipasaran kadang susah didapatkan oleh masyarakat. [Suara.com/ Hilal Rauda Fiqry]

SuaraJawaTengah.id - Harga komoditas minyak goreng tengah menjadi sorotan. Sebab, bahan pangan tersebut melambung tinggi. 

Wakil Ketua Komisi VI DPR RI Aria Bima menyoroti tingginya harga komoditas minyak goreng di tengah stabilnya harga bahan pokok yang lain.

"Ini sektor yang mengagetkan adalah minyak goreng, yang biasanya hanya Rp11.000/liter bisa sampai Rp20.000/liter," kata Aria Bima dikutip dari ANTARA di Solobaru, Rabu (22/12/2021).

Ia mengatakan skenario yang dilakukan beberapa waktu lalu untuk menyikapi kenaikan harga tersebut adalah dengan menggunakan iuran sawit hingga kewajiban pasok domestik atau domestic market obligation (DMO).

Baca Juga:Pedagang Minyak Goreng di Palembang Mengeluh Harga Naik, Pilih Tak Jual Minyak Curah

"Namun kami besok akan melanjutkan pembahasan persoalan minyak goreng," katanya.

Sementara itu, dikatakannya, penyebab naiknya harga minyak goreng karena harga sawit di pasar dunia yang tinggi sehingga ada kecenderungan produsen CPO melakukan ekspor.

"Oleh karena itu, perlu diberlakukan kebijakan DMO," katanya

Secara keseluruhan, dikatakannya, harga bahan pokok yang lain cenderung stabil jelang Natal 2021 dan Tahun Baru 2022. Salah satunya telur ayam yang saat ini harganya mulai mengalami penurunan di angka Rp22.000/kg dari Rp25.000-26.000/kg.

Menurut dia, stabilnya harga sebagian besar bahan kebutuhan pokok tersebut salah satunya dipengaruhi oleh masih rendahnya permintaan dari masyarakat.

Baca Juga:Sumsel Gelar Pasar Murah Minyak Goreng di 9 Lokasi, Harga Jual Rp14.000 Per Kg

"Pembatasan mobilitas PNS, TNI, BUMN yang tidak boleh keluar kota saat libur Natal dan tahun baru juga menyebabkan lonjakan konsumsi tidak begitu tinggi saat ini," katanya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini