SuaraJawaTengah.id - Petani cabai di Banjarnegara harus ekstra dalam merawat cabai agar tanaman tidak membusuk saat musim hujan. Hal itu mengakibatkan biaya perawatan naik.
Salah satu petani cabai di Kutayasa, Bawang, Banjarnegara, Drajad mengatakan, meski kenaikan harga cabai adalah keuntungan baginya, namun disisi lain dia harus lebih ekstra dalam merawat tanamannya.
"Ya senang kalau harga cabai tinggi, tapi kan ini musim hujan rawan busuk dan penyakitan," ungkap Drajad kepada Suarajawatengah.id, Kamis (17/3/2022).
Ia mengatakan, untuk merawat tanaman cabai saat ini, ia harus mengeluarkan biaya lebih untuk perawatan dan obat. Hal itu dilakukan untuk mengantisipasi penyakit dan virus yang menyerang cabai.
Baca Juga:Tangerang Hujan Deras, Warga Binong Permai Curug Kebanjiran
"Harus beli obat buat perawatan biar nggak terserang penyakit, soalnya hujan begini rawan kena penyakit yang menyebabkan cabai busuk dan mati,"jelasnya.
Luas lahan yang dimiliki Drajad adalah 5.000 meter persegi yang ditanami 6 ribu pohon cabai dengan masa panen seminggu sekali.
Saat harga cabai naik, Drajad mendapat penghasilan Rp8 juta dalam satu pekan. Sementara sebelumnya, ia hanya mendapat Rp5 juta per sekali panen.
"Kalau harga sekarang, sekali panen bisa dapat Rp8 juta. Masa panen satu minggu sekali itu panennya 2 ribu kilogram,"jelasnya.
Harga cabai di tingkat petani saat ini adalah Rp40 ribu sampai Rp50 ribu per kilogram. Sementara sebelumnya hanya Rp25 ribu per kilogram.
Baca Juga:Ribuan Batang Pohon Cabai Gagal Panen, Petani di Lembang Gigit Jari
Sementara harga cabai di pasaran kini sudah Rp90 ribu per kilogram.
"Harga cabai rawit merah di tingkat petani sekarang Rp40 ribu sampai Rp50 ribu per kilogram. Sebelumnya cuma Rp25 ribu rupiah. Kalau dipasaran Rp90 ribu," terangnya.
Kontributor : Citra Ningsih