Mereka yang Mencari Makan di Wisata Super Prioritas Borobudur, Tapi Tertindas dengan Kemajuan Teknologi

Borobudur digadang-gadang menjadi wisata super prioritas, namun masyarakat menyebut tak mendapatkan banyak manfaat, dan bakal tersingkir dengan kemajuan teknologi

Budi Arista Romadhoni
Jum'at, 10 Juni 2022 | 18:04 WIB
Mereka yang Mencari Makan di Wisata Super Prioritas Borobudur, Tapi Tertindas dengan Kemajuan Teknologi
Kusir andong menunggu wisatawan di pintu masuk sisi utara Candi Borobudur. (Suara.com/ Angga Haksoro Ardi).
Suasana Candi Borobudur saat libur Lebaran 2022. Diprediksi 23 ribu orang mengunjungi Borobudur, Rabu (4/5/2022). [Suara.com/Angga Haksoro]
Suasana Candi Borobudur saat libur Lebaran 2022. Diprediksi 23 ribu orang mengunjungi Borobudur, Rabu (4/5/2022). [Suara.com/Angga Haksoro]

Kesulitan mencari penumpang?

"Sulit. Dulu kan diberi fasilitas utuk parkir andong di dalam kompleks candi. Sekarang untuk parkir mobil di dalam taman itu sudah dikontrak Angkasa Pura," kata Parsudin.

Parsudin pernah mengusulkan para kusir andong diberi ruang parkir di dalam kompleks. Selain tidak semrawut parkir di pinggir jalan, parkir andong di dalam kompleks memudahkan para kusir mencari penumpang wisatawan.

Tidak aman meninggalkan kuda tanpa pengawasan di pinggir jalan seperti sekarang. Masing-masing kuda memiliki karakter berbeda yang berisiko ditinggal di jalan tanpa penjagaan kusir.

Baca Juga:Luhut Tunda Kenaikan Tarif Tiket Candi Borobudur, Ganjar: Itu Bijaksana

"Kalau ada parkir kan andongnya aman. Nggak ada mobil, nggak bus di pinggir jalan. Kuda itu karakternya lain-lain. Ada yang takut sama ini-itu. Kalau lari gimana?"

Tidak semua kuda mudah diserang panik. Banyak juga yang anteng dan santai saja berdiri bersebelahan dengan bus yang menderu.

"Parkir khusus itu kan untuk antisipasi. Ada kuda yang cuma sama plastik kecil kena angin itu saja takut. Ada yang takut suara mobil besar regudug.. regudug... Karakter kuda nggak sama."

Selama belum memiliki lahan parkir khusus di dalam kompleks Candi Borobudur, para kusir terpaksa mangkal di pinggir jalan. "Memang sulit. Mau kemana lagi (parkir), kalau memang cuma adanya di situ," ujar Parsudin.

Usaha andong wisata melalui paket “Andong Tilik Ndeso” pernah sangat sangat menjanjikan di Borobudur. Selain menguntungkan secara ekonomi, paket wisata ini memberdayakan warga desa sekitar candi.

Baca Juga:Perlu Dialog Pelaku Wisata Soal Tarif Masuk Candi Borobudur

Pada musim Liburan, Juli 2018, pengelola paket wisata Andong Tilik Ndeso Borobudur meraup omzet Rp23.686.000. Jumlah itu sudah diluar bagi hasil dengan PT Taman Wisata Candi Borobudur sebesar Rp45.125.000.

Dari omzet tersebut, pengelola paket wisata Andong Tilik Ndeso mampu menyumbang Rp7.220.000 untuk 4 dusun yang dilalui trip andong.

Dusun yang dilintasi andong wisata menerima kutipan Rp1.000 dari tiap tiket yang terjual. Dana itu digunakan untuk membersihkan jalan atau memenuhi kebutuhan dusun.

"Itu kampung-kampung bisa buat untuk beli bolo pecah (piring dan gelas) dan untuk kegiatan kampung. Tiap bulan, minim itu dapat Rp1,5 juta."

Pendapat kusir juga naik karena mendapat bagian Rp50 ribu dari harga tiket sebesar Rp100 ribu. Frekuensi menarik andong wisata juga lebih banyak dibanding menarik penumpang biasa.

Jika menarik penumpang biasa dari Pasar Borobudur misalnya, kusir hanya mendapat upah Rp20 ribu sampai Rp25 ribu.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini

Tampilkan lebih banyak