SuaraJawaTengah.id - Kholilurrohman bocah penerima kursi roda listrik dari Gubernur Ganjar Pranowo adalah penderita Cerebral Palsy yang terlahir prematur. Rajin mengaji dan hafal juz 30 Al Quran.
Kholilurohman saat ini duduk di bangku kelas VI SD Negeri Gunungpring 3, Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang.
Sejak bayi, Maman -begitu Kholilurohman biasa dipanggil- menghabiskan banyak waktu untuk menjalani terapi dari rumah sakit ke rumah sakit.
"Dulu lahir prematur dan pernah sakit panas tinggi. Kejang-kejang juga," kata Khoiriyah, ibu Maman saat ditemui di rumahnya, Jumat (7/10/2020) sore.
Baca Juga:Deklarasi Dukung Ganjar Pranowo Jadi Calon Presiden, Relawan Berharap Partai Besar Ikuti Jejak PSI
Maman lahir 14 Maret 2010, saat kandungan Khoiriyah baru memasuki usia 6 bulan. Bayi Maman lahir dengan bobot hanya 14 ons dan harus menjalani perawatan di inkubator.
Cobaan Khoiriyah belum selesai. Maman terserang sakit panas tinggi saat menginjak usia 8 bulan.
Setelah itu Khoiriyah mulai curiga kondisi bayinya tidak normal seperti bayi-bayi lainnya. "Setelah itu nggak ada perkembangan (geraknya). Bisanya cuma tengkurep."
Kondisi semakin parah saat Maman yang berusia 1,5 tahun diserang kejang-kejang. Maman dilarikan ke rumah sakit yang hasil diagnosa dokter justru membuat Khoiriyah ketakutan.
"Dokter bilang ini umpana nanti malam muntah-muntah, harus segara dibawa ke rumah sakit. Ini kejar-kejaran dengan malaikat (maut)," kata Khoiriyah menirukan ucapan dokter yang merawat anaknya.
Baca Juga:PSI Klaim Ganjar Sampaikan Terima Kasih "Bro dan Sis" Usai Diusung Jadi Capres 2024
Belakangan Maman didiagnosa menderita Cerebral Palsy atau lumpuh otak yang menyebabkan gangguan gerak. Kaki dan tangan Maman kaku serta kemampuan berbicaranya terganggu.
Saat kami menemui Maman di rumahnya di Dusun Bintaro, Desa Gunungpring, Muntilan, bocah itu sedang duduk di teras membuat layang-layang bersama beberapa orang temannya.
"Alhamdulillah Maman punya banyak teman main di rumah dan di sekolah. Kalau ada yang kadang nakal, ya wajar namanya juga anak-anak."
Setiap hari Khoiriyah mengantar Maman ke SD Gunungpring 3 yang jaraknya sekitar 1 kilometer dari rumah. Sejak TK, Maman bersekolah di sekolah umum. Bukan di sekolah luar biasa (SLB) untuk penyandang disabilitas.
Sebelum diberi motor bekas oleh salah seorang tetangga, Khoiriyah mengantar Maman ke sekolah menggunakan sepeda roda tiga. Sepeda itu dimodifikasi sehingga berfungsi layaknya kursi roda yang dapat didorong.
Saat tiba disekolah, Khoiriyah menggendong Maman hingga ke bangku kelas. Tanpa kursi roda, Maman tidak bisa pergi kemana-mana selain berdiam diri di bangkunya. “Kalau mau jajan titip sama teman.”