Bertahun-tahun bekerja di jalanan, Indah sudah merasakan semua pengalaman manis maupun pahit sebagai driver ojek online. Bahkan perempuan 46 tahun cukup sering mengalami pelecehan seksual.
"Sering mas, mulai diajak check in, dan diraba-raba. Saya pernah menurunkan penumpang di Polsek Pedurungan. Penumpang itu kurang ajar dari memegang pinggang sampai meraba paha," kesalnya.
"Walau pun saya driver, saya bukan orang sembarangan. Kalau penumpang melecehkan dan mengancam ngasih bintang satu, saya nggak peduli," lanjutnya.
Nggak hanya Indah, teman-teman ojek online perempuan lainnya rata-rata pernah mengalami hal pahit tersebut.
Baca Juga:Satu Jam dari Kota Semarang, Tebing Cinta dan Pantai Jodo Jadi Tempat Santai Menikmati Sunset
Menurut Indah pelakunya nggak hanya laki-laki. Tak sedikit penumpang perempuan melakukan perbuatan yang tidak mengenakan kepadanya.
"Sesama jenis juga banyak, cuman kita lebih risih dengan lawan jenis. Kalau sesama perempuan kita mengingatkannya mudah dan nggak takut," bebernya.
Kebetulan Indah punya komunitas yang menangungi 80 perempuan ojek online di Kota Lunpia. Saat kumpul Indah sesekali mengedukasi anggotanya soal pelecehan seksual.
"Kalau saya sering edukasi ke anggota komunitas lebih edukasi pencegahan. Misal ada orderan di atas jam 7 malam, mereka harus kirim lokasi maps biar bisa kita pantau bareng-bareng dari jauh," ujarnya.
Diakui Indah, mayoritas anggota di komunitas merupakan perempuan single parent. Tak jarang mereka membawa anak-anaknya untuk ikut bekerja.
Baca Juga:Saat SMP, Ashanty Ngaku Hampir Alami Pelecehan Seksual dari Orang Terdekat
"Resiko jadi ojek online itu kecelakaan, pelecehan, dan lain-lainnya yang menurut saya ngeri sekali. Cuman karena tuntutan hidup mau gimana lagi. Kalau boleh memilih, mending jadi ibu rumah tangga aja," tukasnya.