Sisi Lain Pondok Pesantren: Banyak Kisah Cinta Sesama Jenis hingga Drama Kloset Mampet karena Pembalut

Pondok Pesantren sebagai lembaga pendidikan berbasis agama tak dipungkiri sebagai gudangnya ilmu dan pengalaman

Budi Arista Romadhoni
Sabtu, 21 Oktober 2023 | 13:12 WIB
Sisi Lain Pondok Pesantren: Banyak Kisah Cinta Sesama Jenis hingga Drama Kloset Mampet karena Pembalut
Ilustrasi Santri. Segudang cerita dari Pondok Pesantren. Ini kisahnya. (Shutterstock)

SuaraJawaTengah.id - Pondok Pesantren sebagai lembaga pendidikan berbasis agama tak dipungkiri sebagai gudangnya ilmu dan pengalaman. Saya yakin orang-orang yang mondok, punya berbagai cerita dan kenangan yang bisa dibagikan ke anak cucunya nanti.

Setelah saya telusuri ke beberapa teman yang pernah mondok. Di pesantren ternyata ada banyak sisi-sisi lain yang mungkin bikin orang awan syok dan bahkan tak percaya saat mendengarnya.

Salah satu yang paling menggelikan, jijik atau bikin bergidik adalah kisah cinta sesama jenis antar santri baik sesama laki-laki maupun perempuan. Cerita-cerita yang mungkin dianggap tabu itu sebenarnya bukan rahasia umum di kalangan pesantren.

Lin Asri Melinda, salah satu saksi pernah melihat dua orang santriwati masuk ke dalam kamar mandi secara bersamaan. Kebiasaan mereka berdua itu ternyata dipantau dan dicurigai oleh pengurus pondok.

Baca Juga:Diterjang Angin Kencang, Pondok Pesantren Madinatul Qur'an Kubu Raya Rusak Parah

Setelah diselidiki dan diintograsi, dua santriwati itu ternyata sering melakukan perbuatan tidak senonoh di dalam kamar mandi. Bukan hanya sekali, mereka melakukan perbuatan tersebut berulang kali.

"Waktu saya mondok di Jakarta itu ada semacam budaya kakek adek. Tapi ada dua santriwati yang berlebihan sampai berhubungan intim," ucap Asri pada Suara.com, Jumat (20/10/2023) malam.

Cerita cinta sesama jenis ternyata terjadi juga di sebuah pesantren di kota-kota lainnya. Diceritakan Aji, sewaktu santri-santri tertidur pulas di malam hari. Dia nggak sengaja memergoki dua temannya melakukan perbuatan tidak senonoh.

"Pas kejadian itu saya setengah sadar melihatnya. Intinya mereka seperti lagi main kuda-kudaan," tutur lelaki yang pernah mondok di daerah Kabupaten Tegal.

Selain Aji, Bagas (bukan nama sebenarnya) pernah mondok di Kabupaten Banyumas pernah melihat secara langsung dua santri laki-laki ciuman disampingnya. Hanya saja mereka tidak terang-terangan dan menutup wajah dengan menggunakan selimut.

Baca Juga:Usai Nonton MotoGP, Ganjar Pranowo Kunjungi Pondok Pesantren di Lombok Tengah

Selain melihat secara langsung, kabar santri sesama jenis ciuman di lingkungan pondoknya sudah sering dia dengar. Dan hal itu sepeti diwajarkan, tidak ada upaya pelarangan yang masif dari pihak pesantren.

"Itu udah hal umum, kadang pengurus juga ada yang ketahuan kayak gitu," ungkap Bagas.

Rentan Jadi Korban Kekerasan Seksual

Siapa sangka di lingkungan pesantren laki-laki ternyata rentan jadi korban kekerasan seksual. Bagas salah satu santri yang pernah menjadi korbannya.

Laki-laki yang masih berstatus mahasiswa di UIN Walisongo ini mengenang sewaktu baru masuk pesantren di kelas 7 SMP. Dia pernah mengalami hal yang menjijikan dan sampai sekarang masih teringat.

Diceritakan sewaktu Bagas sedang tidur di malam hari. Dia terbangun dan terkejut disampingnya ada seorang senior yang sedang memainkan alat kelamin Bagas.

Karena baru masuk sekitar dua minggu, Bagas pun hanya terdiam. Dia nggak berani berteriak saat seorang senior melakukan perbuatan tak senonoh tersebut.

Kejadian itu ternyata nggak hanya sekali, dihitung Bagas, dia menjadi korban kekerasan seksual sebanyak lima kali. Dengan pelaku yang berbeda, tapi semua pelakunya adalah senior di pesantren tersebut.

"Minggu pertama masuk pesantren sih padahal biasa aja. Pas minggu kedua malah jadi korban. Saya nggak berani melapor, takut diapa-apain sama senior," paparnya.

Diakui Bagas, yang sering jadi korban kekerasan seksual oleh senior adalah santri yang memiliki wajah putih atau berkelakuan seperti perempuan.

"Kalau nggak dicium, sasaran lainnya ya barangnya (alat kelamin) itu dimainin," kenangnya.

Drama Pembalut

Umumnya setiap tahun, pesantren pasti membuka pendaftaran untuk santri baru. Nah santri baru ini biasanya masih sungkan bertanya kepada senior.

Akibat hal itu, ada kejadian menarik di salah satu pesantren di Kecamatan Ngaliyan. Kejadian itu tentang drama kloset kamar mandi mampet karena tersumbat pembalut.

"Kok bisa ya pembalut masuk ke kloset. Saya juga heran gimana santri perempuan buang pembalut ke kloset," ucap seorang santri Putri Yasmin.

Yasmin begitu dia akrab sapa, saat pembongkaran kloset dan ditemukan banyak pembalut. Seantero penduduk pesantren heboh, mereka terus membicarakan soal pembalut-pembalut tersebut masuk ke dalam kloset.

"Setelah kejadian itu pengurus bikin imbauan berupa tulisan di setiap dinding kamar mandi. 'Dilarang membuang pembalut di kloset'," terangnya.

Kemalingan Tuyul

Tak dipungkiri setiap pesantren pasti ada cerita-cerita horor. Termasuk di kamar asrama yang ditempati Yasmin. Di kalangan santri, katanya sih kamar Yasmin itu dikenal tempat paling horor.

Yasmin mengatakan kamarnya pernah disusupi tuyul. Bahkan makhluk ghaib berwujid anak-anak tersebut sampai mengambil lembaran uang senilai ratusan ribu milik temannya yang disimpan di dalam tas.

Pas ada informasi santri yang hilangan uang. Semua santri yang tinggal di kamar tersebut dipanggil kiai. Mereka lalu disidang agar ada yang mengaku siapa yang berani mencuri uang.

Namun seluruh santri yang dipanggil tidak ada yang mengaku. Kemudian kiainya ini inisiatif minta bantuan ke seorang habib didekat rumahnya untuk mencari tau siapa pelaku yang mencuri uang di kamar Yasmin tersebut.

Habib ini ternyata punya kelebihan dan bisa melihat makhluk tak kasat mata. Dan dia bilang ke kiai pesantren itu kalau yang mencuri uang bukan santri. Melainkan tuyul peliharaan seseorang yang sedang melakukan pesugihan.

Punya Bersama

Kepemilikan bersama atau semua barang milik bersama adalah sesuatu hal yang paling unik di pesantren. Diizinkan atau tidak, pokoknya barang apapun yang tergeletak bisa dipakai oleh siapapun.

Di salah satu pesantren mahasiswa di Ngaliyan, semua barang milik bersama dikenal nama "ghosob". Jadi semua orang bebas meminjam misalnya alat mandi tanpa harus izin terlebih dahulu pada pemiliknya.

"Pengalaman itu yang paling berkesan, secara tidak langsung mengajarkan kita berbagi dan hidup sederhana," cetus Elliana.

Karena aktivitas pesantren dan kuliah cukup padat. Hal itu sering membuat Elliana kelelahan. Sehingga dia sering tertidur di sembarang tempat. Bahkan diatas sajadah dia bisa tertidur pulas.

Namun, hal tersebut disyukuri Elliana, pasalnya sebelum kuliah sembari mondok. Dia sering kali kesulitan untuk tidur. Jadi waktu tidurnya berantakan.

"Kalau di pondokku ada larangan tidak boleh upload foto berdua dengan lawan jenis di sosial media. Misal ketahuan nanti ada hukuman dan disidang sama pembina pondok," pungkasnya.

Kontributor : Ikhsan

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini

Tampilkan lebih banyak