Kampung Bustaman Series 2, Sejarah dan Misteri Surat Wasiat yang Tertanam di Tanah

Sebagai daerah yang kaya akan sejarah dan peradaban. Kota Semarang memiliki beberapa kampung yang kental dengan sejarah panjangnya. Salah satunya adalah Kampung Bustaman

Budi Arista Romadhoni
Senin, 06 November 2023 | 18:35 WIB
Kampung Bustaman Series 2, Sejarah dan Misteri Surat Wasiat yang Tertanam di Tanah
Potret sebuah surat wasiat untuk warga Kampung Bustaman yang ditanam ditanah dan boleh dibuka tahun 2030. Sabtu (4/11/2023) [Suara.com/Ikhsan]

SuaraJawaTengah.id - Sebagai daerah yang kaya akan sejarah dan peradaban. Kota Semarang memiliki beberapa kampung yang kental dengan sejarah panjangnya. Salah satunya adalah Kampung Bustaman.

Berada di sebuah gang kecil Kelurahan Purwodinatan, Kecamatan Semarang Tengah. Siapa sangka Kampung Bustaman mempunyai cerita yang menarik dan unik untuk ditelusuri.

Garis singkatnya, sejarah Kampung Bustaman merupakan pemberian hadiah dari Belanda atas keberhasilan Kiai Kertoboso Bustaman mendamaikan orang Tionghoa dengan Belanda pasca peristiwa geger pecinan pada abad ke-18.

Berkat jasa besarnya itu Kiai Bustaman diberi sebidang tanah oleh Belanda. Lalu sebidang tanah tersebut sekarang dikenal dengan sebutan Kampung Bustaman.

Baca Juga:Sinergi Bersama Forkopimda, Mbak Ita Siap Amankan Arus Mudik di Kota Semarang

Jika mata kita jeli saat berada di Kampung Bustaman tepatnya di lokasi MCK Plus. Di area tersebut dekat dengan cagak listrik legendaris terpampang sebuah tulisan "Wasiat Bustaman Dibuka 2030".

Menurut Sekertaris RW, Slamet Wahyudi, surat wasiat tersebut ditanam dibawah tanah oleh sesepuh kampung yakni Hari Bustaman. Dia mendapat surat wasiat itu dari Hartati seorang perempuan yang masih memiliki garis keturunan dengan Raden Saleh.

"Mungkin Bu Hartati dapat surat wasiat dari eyangnya. Lalu dikasihkan ke Pak Hari Bustaman dan ditanam didekat cagak listrik," ungkap lelaki yang akrab disapa Slamet tersebut pada Suara.com, Sabtu (4/11/2023).

Selama ini warga Bustaman belum ada yang apa isi surat wasiat tersebut. Yang dia tau surat wasiat itu berupa gulungan kertas yang dimasukkan ke botol lalu dikubur dibawah tanah.

"Baru boleh dibuka tahun 2030 nanti, semua warga pasti penasaran termasuk saya. Mungkin berisikan sejarah atau pesan-pesan dari sesepuh. Karena yang tau hanya bu Hartati," ungkap Slamet.

Baca Juga:Jadi Wanita Pertama yang Menjabat Wali Kota Semarang, Ini Profil Hevearita Gunaryanti

Selain misteriusnya soal surat wasiat, Slamet menguturakan bahwasanya Kampung Bustaman memiliki sumur tua yang dibangun Kiai Bustaman. Meski di musim kemarau panjang, air sumur itu sama sekali nggak pernah mengalami kekeringan.

"Sumur itu kemudian menginisasi lahirnya tradisi gebyuran Bustaman. Tradisi itu jadi agenda tahunan yang rutin dilakukan sehari sebelum menjalani ibadah puasa," kata Slamet.

Sementara itu, Ketua RW, Ashar justru mengaku khawatir dengan eksitensi Kampung Bustaman di masa depan. Ia takut kampungnya seperti Sekayu yang semakin kecil karena tergusur oleh pembangunan.

Saat ini dia bersama Slamet selalu mengingatkan pada masyarakat agar tidak tergiur dengan uang sebesar apapun jika ada seorang pengusaha meminati rumah warga.

"Bustaman ini kan lokasinya strategis, kalau sekarang mungkin aman karena saya dan pak Slamet masih bisa menjaga. Tapi saya tidak tau nanti kalau kami sudah meninggal dunia," tuturnya.

"Anak atau cucu kami bisa aja tergiur. Misal harga rumah pasarannya ratusan juta. Terus ditawar milliar, siapa yang nggak mau," lanjutnya.

Untuk menjaga keberadaan kampung-kampung kuno. Ashar berharap Pemerintah Kota Semarang menjadikan Kampung Bustaman dan kampung kuno lainnya sebagai cagar budaya.

Dengan cara seperti itu dia yakin eksistensi Kampung Bustaman beserta kampung kuno lainnya di Kota Semarang akan aman dari penggusuran di masa depan.

Ashar memastikan saat ini rumah-rumah di Kampung Bustaman sudah bersertifikat. Hal itu sudah dia gencarkan sejak lama agar kampungnya terhindar dari konflik kepemilikkan tanah.

"Kota Semarang kan identik dengan kampung kuno. Sekarang jumlahnya semakin sedikit, jangan sampai hilang," tutupnya.

Kontributor : Ikhsan

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini