Mitos vs Fakta: Vasektomi, Solusi Praktis atau Ancaman Kejantanan?

Vasektomi atau tindakan sterilisasi pada laki-laki dengan cara memotong atau menyumbat saluran spermatozoa dari testis ke penis seringkali mendapatkan respon negatif

Budi Arista Romadhoni
Sabtu, 29 Juni 2024 | 15:24 WIB
Mitos vs Fakta: Vasektomi, Solusi Praktis atau Ancaman Kejantanan?
Ilustrasi vasektomi. [Shutterstock]

Vasektomi pernah dianggap “haram” lewat fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada era 1970-an.

Pada 2012, MUI mengubah fatwanya menjadi membolehkan vasektomi sepanjang “tujuannya sesuai syariat” dan “tidak memandulkan secara permanen”.

Marzuki sendiri berpandangan bahwa vasektomi (dan tubektomi) boleh dilakukan sepanjang bertujuan sebagai ikhtiar untuk mensejahterakan keluarga.

"Misalnya kalau saya vasektomi atau tubektomi itu kan bukan berarti membatasi, tapi saya ingin mengatur keturunan saya sesuai kesejahteraan dan kemaslahatan yang saya bayangkan. Jadi tidak bisa dianggap apakah itu membatasi secara dini," ujar Marzuki.

Baca Juga:Tingkatkan Upaya Pencegahan Narkoba, Pj Gubernur Jateng Gagas Lomba Desa Bersinar

Namun perubahan fatwa MUI ternyata juga “belum signifikan” membuat lebih banyak laki-laki melirik vasektomi, kata Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo.
Hasto mengeklaim pihaknya sudah terus mensosialisasikan opsi ini melalui program vasektomi gratis dan pemberian insentif Rp300.000 untuk akseptornya. Tetapi dia juga mengakui bahwa mencari orang yang mau memilih vasektomi juga “tidak mudah”.

“Ada anggapan kalau divasektomi itu vitalitas laki-laki berkurang, kemudian apapun [alat kontrasepsi] yang pakai operasi itu angkanya memang rendah,” tutur Hasto.

Di lapangan, Hasto mengatakan BKKBN memiliki kelompok “KB Pria Perkasa” untuk memotivasi laki-laki agar mau divasektomi.

Meski demikian, data menunjukkan bahwa capaian KB laki-laki (vasektomi dan kondom) baru mencapai 2,2% dari target BKKBN sebesar 5,33% pada 2022.

Baca Juga:Efek Domino Perkawinan Anak, Stunting hingga Masalah Psikologis Ancam Masa Depan

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini

Tampilkan lebih banyak