7 Fakta Mengejutkan Jepara Masa Lalu Bukan Bagian dari Pulau Jawa

Jepara dulunya terpisah dari Jawa oleh Selat Muria, jalur laut penting. Sedimentasi mengubahnya jadi daratan, namun jejak maritimnya tetap terasa hingga kini.

Budi Arista Romadhoni
Selasa, 07 Oktober 2025 | 10:36 WIB
7 Fakta Mengejutkan Jepara Masa Lalu Bukan Bagian dari Pulau Jawa
Ilustrasi jepara masa lalu. [ChatGPT]
Baca 10 detik
  • Dahulu Jepara terpisah dari Pulau Jawa oleh Selat Muria, menjadikannya pusat perdagangan maritim.
  • Selat Muria hilang akibat sedimentasi dan aliran Bengawan Solo yang menutup jalur laut perlahan.
  • Jepara kini daratan, tapi jejak maritimnya hidup sebagai warisan sejarah dan budaya pesisir Jawa.

SuaraJawaTengah.id - Jepara selama ini dikenal sebagai kota ukir dunia, tanah kelahiran R.A. Kartini, dan salah satu pelabuhan penting di pesisir utara Jawa Tengah. Namun, tahukah Anda bahwa Jepara dulunya bukan bagian dari Pulau Jawa?

Ya, di masa lampau wilayah Jepara dan sekitarnya terpisah oleh laut dangkal yang disebut Selat Muria. Cerita ini bukan mitos, melainkan bagian dari catatan geologi dan sejarah kuno yang jarang dibicarakan.

Berikut tujuh fakta menarik tentang Jepara dan kisah hilangnya Selat Muria yang mengubah wajah Jawa Tengah selamanya.

1. Jepara Dulu Terpisah oleh Laut dari Pulau Jawa

Baca Juga:7 Ide Bisnis dari Modal Rp100 Ribu: Kecil di Awal, Besar di Hasil!

Ratusan tahun lalu, wilayah di sekitar Gunung Muria seperti Jepara, Kudus, dan Pati bukan bagian dari daratan utama Jawa. Mereka terpisah oleh laut dangkal bernama Selat Muria.

Selat ini menjadi batas alami antara Pulau Jawa dan Pulau Muriah yang membentang di pesisir utara. Akibatnya, Jepara kala itu berdiri di sebuah pulau kecil yang dipisahkan oleh jalur air cukup lebar untuk dilayari kapal.

Kondisi ini membuat Jepara tumbuh sebagai pusat perdagangan penting karena letaknya strategis di jalur pelayaran laut utara Jawa.

2. Nama Jepara Berasal dari “Ujung Mara” dan “Jumpara”

Nama Jepara memiliki akar sejarah yang panjang. Konon, sebutan ini berasal dari kata Ujung Para, Ujung Mara, dan Jumpara, yang berarti tempat berkumpulnya para pedagang dan pelaut.

Baca Juga:8 Barang Wajib untuk Memulai Warung Kelontong dengan Modal Rp2 Juta

Dalam catatan sejarah kuno, Jepara dikenal sebagai pelabuhan penting tempat kapal dari berbagai negara singgah, mulai dari India, Arab, hingga Tiongkok.

Bahkan seorang musafir Tiongkok bernama Aditi Singh pernah mencatat dalam perjalanannya pada tahun 674 Masehi bahwa ia mengunjungi wilayah bernama Kalingga atau Jepa, yang diyakini berada di kawasan timur Jepara dan dipimpin oleh seorang ratu bernama Ratu Sima.

Ratu ini dikenal sangat tegas dan adil dalam memimpin kerajaannya.

3. Selat Muria, Jalur Emas Pelayaran dan Perdagangan

Selat Muria bukan hanya pembatas daratan, tapi juga jalur pelayaran yang sibuk. Di masa kejayaan Kerajaan Demak, selat ini menjadi jalur perdagangan utama antara pesisir utara Jawa dan pulau-pulau sekitarnya.

Banyak kapal niaga dari berbagai wilayah Nusantara bahkan luar negeri berlayar melalui Selat Muriah. Letak Demak yang strategis di tepi selat menjadikannya kerajaan maritim yang kuat dan berpengaruh.

Menurut sejarawan H.J. de Graaf dan T.H.T. Bijet, kejayaan Demak sangat bergantung pada keberadaan Selat Muriah yang luas dan mudah dilayari. Kapal dagang dari Semarang bisa berlayar hingga ke Rembang melewati jalur ini tanpa hambatan.

4. Jepara Jadi Pusat Maritim Setelah Selat Muria Menghilang

Seiring waktu, Selat Muria mulai mengalami pendangkalan akibat sedimentasi. Pada abad ke-17, jalur laut ini sudah tidak bisa dilayari sepanjang tahun. Akibatnya, Demak yang semula menjadi pelabuhan besar kehilangan perannya.

Pelabuhan penting kerajaan pun berpindah ke Jepara, yang masih memiliki akses laut lebih baik. Dari sinilah Jepara kemudian berkembang menjadi pusat perdagangan dan pelayaran di pesisir utara Jawa.

Perubahan geografis ini secara tidak langsung menjadikan Jepara semakin penting dalam peta ekonomi dan politik Jawa Tengah di masa lampau.

5. Bukti Ilmiah: Fosil Laut dan Air Asin di Tengah Daratan

Keberadaan Selat Muriah bukan sekadar legenda rakyat. Berbagai bukti ilmiah menunjukkan bahwa wilayah ini dulunya memang laut dangkal.

Di Desa Wonosoco, Kecamatan Undaan, Kudus, ditemukan fosil kerang laut dan batuan karang yang masih berdiri kokoh. Ketika penduduk menggali sumur bor hingga kedalaman 20 meter, air yang keluar terasa asin seperti air laut, disertai butiran pasir laut.

Selain itu, di kawasan Patiayam, Kudus, arkeolog menemukan fosil hewan laut seperti ikan hiu, moluska, penyu, dan buaya. Menariknya, di lokasi yang sama juga ditemukan sisa kehidupan hewan darat seperti harimau, gajah, babi, dan kerbau.

Kehadiran dua jenis ekosistem ini membuktikan bahwa daerah tersebut dulu merupakan pemisah alami antara daratan Jawa dan Pulau Muria.

6. Hilangnya Selat Muria Karena Sedimentasi dan Bengawan Solo

Menurut para ahli geologi, penyebab utama menghilangnya Selat Muria adalah sedimentasi besar-besaran yang terjadi akibat pengangkatan Pegunungan Kendeng serta perubahan arah aliran Sungai Bengawan Solo.

Awalnya, Bengawan Solo mengalir ke arah selatan menuju Wonogiri, namun kemudian berbelok ke utara. Aliran ini membawa endapan lumpur dalam jumlah besar yang menutup jalur Selat Muriah secara perlahan.

Akibatnya, laut dangkal itu berubah menjadi daratan. Proses ini berlangsung selama berabad-abad hingga akhirnya Jepara, Kudus, dan Pati benar-benar menyatu dengan daratan utama Pulau Jawa.

7. Sisa Selat Muria Masih Tersisa Hingga Sekarang

Meski selatnya sudah hilang, peneliti Lombard pada tahun 1996 menyebut bahwa masih ada air laut terperangkap di bawah dataran bekas Selat Muria. Air ini kini dikenal dengan sebutan Bledug, yaitu air payau yang tertinggal di bawah tanah wilayah Jawa bagian utara.

Bahkan, pada tahun 2014, sempat muncul kekhawatiran bahwa Selat Muria akan terbentuk kembali akibat banjir besar yang melanda Kabupaten Pati dan sekitarnya. Meskipun hal itu belum terbukti secara geologis, fenomena tersebut menunjukkan bahwa alam selalu menyimpan potensi untuk mengulang sejarahnya sendiri.

Kisah Selat Muria menunjukkan bahwa perubahan bumi tidak hanya membentuk daratan, tetapi juga mengubah peradaban manusia. Jepara yang dulu sebuah pulau kecil kini menjadi bagian dari Jawa, namun jejak maritimnya tetap hidup hingga hari ini.

Dari pelabuhan Ratu Sima hingga kejayaan Demak dan pusat ukiran dunia, Jepara menyimpan lapisan sejarah yang luar biasa. Kota ini adalah bukti bahwa alam dan manusia saling membentuk dalam perjalanan panjang Nusantara.

Siapa sangka, di balik ombak tenang Laut Jawa, pernah ada selat yang memisahkan Jepara dari tanah besar Pulau Jawa?

Kontributor : Dinar Oktarini

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini

Tampilkan lebih banyak