- Wacana sekolah enam hari di Jateng ditanggapi hati-hati Pemkot Semarang dengan syarat kajian Bappeda mendalam.
- Wali Kota Semarang mensyaratkan pemanfaatan sore hari untuk kegiatan positif pengembangan diri siswa.
- Pemerintah Kota Semarang telah berkoordinasi dengan pemerintah pusat terkait penerapan kebijakan baru tersebut.
SuaraJawaTengah.id - Wacana penerapan kembali sekolah enam hari untuk jenjang SMA/SMK yang digulirkan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah mendapat respons hati-hati dari Kota Semarang.
Wali Kota Agustina Wilujeng Pramestuti memberi sinyal lampu hijau, namun dengan sejumlah syarat krusial yang tidak bisa ditawar.
Agustina menegaskan bahwa setiap perubahan kebijakan yang berdampak besar bagi siswa dan keluarga tidak boleh diputuskan secara tergesa-gesa.
Ia menekankan pentingnya analisis komprehensif sebelum wacana tersebut benar-benar diimplementasikan.
Baca Juga:Kaji Wacana Enam Hari Sekolah, Pemprov Jateng Libatkan Perguruan Tinggi, Pakar, dan Dewan Pendidikan
"Setiap perubahan kebijakan pendidikan perlu disertai kajian mendalam agar benar-benar memberi manfaat bagi siswa dan keluarga," kata Agustina di Semarang, Kamis (27/11/2025).
Menurutnya, Pemerintah Kota Semarang pada prinsipnya tidak menutup diri terhadap perubahan, termasuk jika kebijakan ini nantinya akan dievaluasi untuk jenjang di bawahnya seperti PAUD, TK, SD, hingga SMP.
Namun, ia mensyaratkan adanya kajian matang dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda).
Koordinasi dengan pemerintah pusat juga telah dilakukan untuk memastikan kebijakan yang diambil selaras dan tidak tumpang tindih.
"Kita sudah berkoordinasi dengan pusat. Yang jelas, harus ada kajian mendalam dari Bappeda sebelum mengambil keputusan," tegasnya.
Baca Juga:Premi Cuma Rp50 Ribu, Ahli Waris Nasabah BRI Bandungan Terima Santunan Puluhan Juta dari BRILife
Syarat Utama: Sore Hari Harus Produktif
Syarat utama yang diajukan Agustina adalah penyiapan aktivitas yang terarah dan menunjang perkembangan anak di luar jam pelajaran jika sekolah kembali berjalan enam hari. Menurutnya, potensi waktu luang di sore hari harus dimanfaatkan secara maksimal.
"Penyesuaian ini justru bisa membuka peluang bagi kegiatan positif bagi siswa, sehingga waktu luang mereka terarah dan bermanfaat," jelasnya.
Ia membayangkan sore hari dapat diisi dengan berbagai kegiatan pengembangan diri, mulai dari mengaji, les menari, hingga pelatihan keterampilan praktis di tingkat RT. Aktivitas semacam ini diyakini tidak hanya memperkaya pengalaman anak, tetapi juga membekali mereka dengan keahlian tambahan untuk masa depan.
"Anak-anak bisa mengikuti kegiatan sore yang positif, seperti mengaji atau les menari. Ini bisa jadi keterampilan tambahan dan menghindarkan mereka dari hal-hal negatif," tuturnya.
Selain kegiatan seni dan keagamaan, Agustina juga mendorong adanya les mata pelajaran seperti Bahasa Inggris atau Matematika untuk menunjang kemampuan akademik siswa.