Scroll untuk membaca artikel
Chandra Iswinarno
Kamis, 25 April 2019 | 20:36 WIB
Pengikut Kiai Banakeling berjalan kaki belasan hingga puluhan kilometer menuju makam leluhur di Desa Pekuncen Kecamatan Jatilawang Banyumas Jawa Tengah untuk menyambut bulan puasa, Kamis (25/4/2019). [Suara.com/Teguh Lumburia]

SuaraJawaTengah.id - Anak cucu atau pengikut Kiai Banakeling yang tersebar di sejumlah wilayah Cilacap dan Banyumas, Jawa Tengah, memiliki cara tersendiri dalam menyambut datangnya bulan Ramadan.

Mereka menggelar tradisi Perlon Unggahan dengan pusat kegiatan di Desa Pekuncen, Kecamatan Jatilawang, Banyumas.

Kegiatan ini sudah diawali dengan tradisi jalan kaki pada Kamis (25/4/2019). Para anak cucu Kyai Bonokeling dari sejumlah daerah, berjalan kaki menuju ke Desa Pekuncen, Jatilawang dengan jarak tempuh yang cukup jauh.

Anak cucu Kyai Banakeling dari Desa Adiraja, Kecamatan Adipala, misalnya. Mereka menempuh jarak hingga 40 kilometer lebih, untuk sampai di Desa Pekuncen. Pakaian adat Jawa melekat di tubuh mereka.

Baca Juga: Melihat Tradisi Grebeg Sadranan di Lereng Merapi - Merbabu

“Yang dari Adiraja ini memang cukup jauh, sehingga butuh waktu lama untuk sampai ke (Pekuncen) ini,” kata seorang anak cucu Kiai Bonokeling dari Desa Pekuncen, Nirwan (63).

Beberapa pengikut perempuan Banakeling ikut berjalan kaki untuk mengikuti ritual Perlon Unggahan. [Suara.com/Teguh Lumbiria]

Ia bertugas menjemput tamu dari daerah lain, bersama sejumlah petugas lainnya.

Kedatangan anak cucu Kyai Banakeling di Pekuncen, tiba sekitar pukul 14.30-15.00 WIB. Mereka disambut oleh saudara sesama trah Banakeling di perbatasan desa.

Para anak cucu Banakeling ini akan bermalam di desa tersebut, untuk mengikuti puncak acara pada Jumat (26/4/2019).

Juru Bicara (Tetua) Komunitas Adat Banakeling, Sumitro, pada Jumat pagi akan digelar  acara masak besar berupa penyembelihan puluhan kambing.

Baca Juga: 4 Tradisi Menyambut Ramadan di Indonesia yang Hampir Punah

Kemudian setelah maghrib akan digelar bhakten ke Makam Kiai Banakeling, doa dan makan bersama.

Kontributor : Teguh Lumbiria

Load More