Scroll untuk membaca artikel
Chandra Iswinarno
Minggu, 12 Mei 2019 | 22:32 WIB
Gubernur Ganjar Pranowo Temui Warga Korban Penggusuran Tambalorok di Balai Kota Semarang, Jawa Tengah pada Minggu (12/5/2019). [Suara.com/Adam Iyasa]

Apa yang dilakukan Ganjar, hanya ingin membuktikan keseriusan pemerintah dan menunjukan jika hidup di huntara (hunian sementara) itu tidak mengenakan.

"Hidup di bedeng huntara itu tidak enak, tapi karena mereka yang meminta saya menghormati, turuti, dan bersepakat. Toh mereka juga rakyat kita, harus diurusi," ucap Ganjar.

Cara Ahok itu juga dilakukan Ganjar jauh hari, terutama soal komunikasi dan bersosialisasi kepada masyarakat bantaran sungai Banjir Kanal Timur. Dia bersepeda keliling bantaran sungai dan berbincang dengan warga.

"Ngobrol warga, edukasi legalitas kepemilikan tanah. Saya tanya, Bu warunge sinten? nggene pemerintah, berapa lama disini ? tiga tahun, kalau pemerintah meminta gimana ? ndak papa kok pemilik bukan saya. Komunikasi ini bagus harus kita teruskan, beberapa kelompok mau pindah akhirnya," bebernya.

Baca Juga: Incognito Berbuah Manis, Jokowi Menang Telak di TPS Tambaklorok Semarang

Soal kesepakatan warga yang tetep ingin tinggal di huntara, Ganjar mengaku kesepakatan tersebut bisa menyamankan semua pihak.

"Warga juga punya hak tempat tinggal. Setelah ini jadi nanti mau apa, tapi bentuknya bukan rusunawa. Sambil berjalan, perasaan mereka tenang dan nyaman dulu, bekerja dengan baik, nanti kita akan mengatur kedepannya. Ini soal komunikasi saja yang kurang baik di Tambakrejo," jelasnya.

"Saya akan uplod juga di medsos, ini bagus sekali keputusannya, saya pimpin sendiri saya saksikan sendiri. Ada Komnas HAM juga mau datang malah hari Minggu," ujarnya.

Kontributor : Adam Iyasa

Baca Juga: Hari Pencoblosan, APK Masih Berkibar di Kapal Nelayan Tambaklorok

Load More