SuaraJawaTengah.id - Setiap tradisi yang ada di Indonesia, memiliki kekhasan tersendiri. Demikian halnya dengan tradisi Murak Tompo yang rutin diselenggarakan di Masjid Baiturrahim Wanasri, Desa Cingebul, Kecamatan Lumbir, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.
Tradisi murak tompo berupa kegiatan makan bersama yang disajikan dalam baki atau tampah. Menu yang terdiri atas nasi, sayur dan laukpauk ini, diberi alas dan penutup daun pisang. Kedua lembar alas ini kemudian direkatkan dengan peniti berbahan lidi yang dilancipkan. Masyarakat setempat menamainya bithing.
Sudah disepakati, setiap keluarga yang menjadi jamaah masjid membuat satu menu. Adapun jenis menu yang disajikan, disesuaikan dengan kemampuan tiap keluarga.
Badan Kemakmuran Masjid Baiturrahim mencatat, jamaah masjid mencapai ratusan orang. Jadwal pembuatannya dibagi menjadi tiga, sesuai dengan jadwal pelaksanaan selama Ramadan.
Baca Juga: Tradisi Ngopi Sambil Menunggu Sahur Ala Warga Kota Gresik
Sabtu malam (25/5/2019) ini, menjadi yang kedua di bulan Ramadan 1440 Hijriyah. Murak tompo yang pertama sudah dilaksanakan malam 17 Ramadan kemarin. Sedangkan ketiganya, akan digelar malam 25 Ramadan nanti.
Benar adanya. Selepas salat tarawih, jamaah bersiap-siap untuk murak tompo. Mereka membuat kelompok lima sampai 7 orang, sesuai dengan porsi yang disediakan setiap baki.
Dalam pembagian kelompok penyantap tidak dibedakan. Yang dipisah hanya tempat dan kelompok laki-laki dan perempuan.
Setelah pembagian kelompok selesai, Imam Masjid Baiturrahim Wanasri, Sungeb Asy’ari memimpin doa, sebagai tanda puncak tradisi berupa makan bersama, dimulai.
Kejutannya ada dalam momentum ini. Yakni saat penyantap mulai membuka menu yang terbalut rapat daun pisang. Masing-masing kelompok deg-deg-ser, untuk memastikan apa lauk yang ada dalam balutan daun pisang tersebut.
Baca Juga: Pulang Basamo, Tradisi Mudik Bareng dengan Ribuan Mobil
Sebanding dengan banyaknya pembuat menu, beragam pula lauk yang disediakan. Satu kelompok penyantap mendapati lauk daging ayam. Kemudian kelompok lainnya, ada yang mendapatkan lauk daging sapi. Sedangkan di kelompok penyantap lainnya, ada juga yang kebagian lauk telur dadar, atau ikan asin.
“Betul, kejutannya di sini. Karena masing-masing pembuat memiliki kemampuan berbeda, sehingga menu yang disajikan tidak selalu sama,” kata Ketua Badan Kemakmuran Masjid Baiturrahim Wanasri, Hasan Matori, usai acara.
Namun demikian, rasa kebersamaan sudah tertanam pada masing-masing penyantap. Mereka akan saling berbagi, supaya bisa sama-sama menikmati menu yang diinginkan.
Tradisi Leluhur yang Mengamanatkan Pentingnya Sedekah
TRADISI menjadi warisan pendahulu yang sarat makna dan edukasi, sehingga dirasa penting untuk dilestarikan oleh penganutnya. Demikian halnya dengan tradisi murak tompo di Masjid Baiturrahim Wanasri, Desa Cingebul, Kecamatan Lumbir, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.
Imam Masjid Baiturrahim Wanasri, Sungeb Asy’ari, mengaku tidak tahu persis sejak kapan tradisi itu dimulai. Tidak adanya dokumentasi apalagi pembukuan, membuat warisan leluhur itu sulit untuk digali sejarahnya.
Namun yang pasti, tradisi itu sudah berjalan dari generasi ke generasi. Saat ia menanyakan kepada orang tua, jawabnnya sudah ada sejak kecil. Demikian halnya ketika orang tuanya menanyakan kepada orang tuanya lagi, jawabannya serupa.
“Untuk memastikan kapan tradisi ini dimulai, tentu sulit. Namun terpenting, tradisi ini terus dilestarikan, karena mengandung banyak makna,” kata Sungeb Asy’ari, ditemui usai acara.
Satu makna paling menonjol, lanjut Sungeb pada amanat bersedekah dan mementingkan kebersamaan.
“Bulan Ramadan itu begitu istimewa, dengan beragam keutamaan. Bila kita beribadah maupun sedekah, Allah menjanjikan pahala berlipat ganda. Inilah yang saya kira menjadikan tradisi ini penting untuk dilestarikan,” kata dia.
Kemudian dari cara menyantap menu, menurutnya mengajarkan pada pentingnya kebersamaan dan kerukuran. Karena dalam pelaksanaannya disamakan antara satu dan lainnya, dari tua hingga yang muda.
“Ini tercermin dalam kehidupan masyarakat di sini. Semuanya hidup rukun, memiliki toleransi tinggi, dan tentunya, taat dalam beribadah,” kata Ketua BPD Cingebul ini.
Perangkat Desa Cingebul, Sowabi Ihsan yang juga jamaah masjid mengamini. Tradisi murak tompo menjadi aset warisan pendahulu yang penting untuk dilestarikan. “Terlepas dari segi ibadah, kebersamaan dalam pelaksanaan tradisi ini menjadi potret yang indah dan sangat berarti,” kata dia.
Kontributor : Teguh Lumbiria
Berita Terkait
-
Kejutan STY! Wonderkid MU Bela Timnas Indonesia di Piala AFF 2024, Apa Kelebihannya?
-
Kapan Ramadhan 2025? Simak Perkiraan Tanggal dan Fakta Menariknya!
-
Warisan 'Nama' Moerdiono Buat Iqbal Ramdhan, Sederhana tapi Punya Makna Besar
-
Mokel: Arti, Asal Muasal, dan Hukumnya dalam Islam
-
Tebar Kebaikan, Ceres Sumbangkan Dana untuk Penyandang Disabilitas
Terpopuler
- Raffi Ahmad Ungkap Tragedi yang Dialami Ariel NOAH, Warganet: Masih dalam Lindungan Allah
- Seharga Raize tapi Mesin Sekelas Innova: Yuk Simak Pesona Toyota Frontlander
- Eliano Reijnders Ungkap Rencana Masa Depannya, Berniat Susul Tijjani Reijnders
- Bayern Munchen Pampang Foto Nathan Tjoe-A-On, Pindah ke Bundesliga Jerman?
- Crazy Rich Kalimantan, Begini Mewah dan Mahalnya Kado Istri Haji Isam untuk Ulang Tahun Azura
Pilihan
-
MR.DIY Mau Melantai Bursa di BEI, Ini Harga Saham dan Jadwal IPO
-
Diskusi OIKN dan BPK RI: Pembangunan IKN Harus Berlanjut dengan Tata Kelola yang Baik
-
1.266 Personel Diterjunkan, Polres Bontang Pastikan Keamanan di 277 TPS
-
Masa Tenang, Tim Gabungan Samarinda Fokus Bersihkan Alat Peraga Kampanye
-
Masa Tenang Pilkada, Bawaslu Balikpapan: Bukan Masa yang Tenang
Terkini
-
Menteri Perdagangan dan Dirut Pertamina Patra Niaga Tinjau SPBU Sleman yang Disegel
-
Deretan Tablet Redmi Terbaru 2024 dan Spesifikasinya
-
Diskon BRImo hingga Cashback Meriahkan OPPO Run 2024
-
Survei Pilkada Kota Semarang: Yoyok-Joss Unggul Tipis atas Agustina-Iswar
-
Jokowi Sampai Turun Gunung ke Semarang, Optimis Luthfi-Yasin Menang di Pilgub Jateng