SuaraJawaTengah.id - Memasuki bulan Juni hingga September 2019, sebanyak 31 daerah dari 35 Kabupaten/Kota di Jawa Tengah (Jateng) rawan kekeringan. Jumlah tersebut meliputi 1.259 desa dari 360 kecamatan yang ada di Jateng.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jateng, Sudaryanto menyebut tiga daerah yang akan mengalami paling banyak wilayah kekeringan yakni wilayah Blora, Grobogan dan Demak.
"Sebagai kewaspadaan, kami koordinasikan kepala pelaksana BPBD daerah masing-masing untuk menyiapkan tangki-tangki air disiagakan kepada masyarakat di desa-desa yang terdampak kekeringan," kata Sudaryanto, saat dikonfirmasi, di Semarang, Rabu (12/6/2019).
Sementara itu, daerah yang dinilai masih aman dari kekeringan antara lain Kota Tegal, Kota Pekalongan, Kota Salatiga, dan Kota Magelang.
"Kota Salatiga karena dia punya sumber air banyak, ada mata air Senjoyo, ada sumber air Kalitaman, terus masih dekat Rawa Pening juga," imbuhnya.
Sebagai antisipasi pula, pihaknya akan memantau elevasi air waduk-waduk yang ada di Jateng. Kebutuhan air waduk agar bisa dimanfaatkan bukan hanya manusia, juga pertanian dan peternakan.
"Kami sarankan warga bisa memanfaatkan air waduk dengan baik, jangan berlebihan, karena bukan hanya untuk kebutuhan manusia, ada pertanian dan peternakan yang harus dicukupi pula," bebernya.
Kewaspadaan lainnya, pihaknya akan memantau darah yang rawan kebakaran hutan, terutama di Kabupaten Blora yang masih banyak hutan jati.
Kepada warga sekitar hutan diimbau untuk tidak buang puntung rokok sembarangan dan juga disaranakan untuk menghindari membakar sampah di lokasi yang banyak daun kering.
Baca Juga: Puluhan Desa Rawan Kekeringan, BPBD Cilacap Siapkan Armada Air Bersih
"Di Blora banyak hutan jati, musim kering dengan gesekan dari tumbuhan bisa timbul api. Warga juga jangan buang puntung rokok sembarangan, atau bakar sampah harus hati-hati dengan melihat lokasi rawan kebakaran," jelasnya.
Sudaryanto kembali mengingatkan warga, terutama yang berdekatan dengan aliran sungai untuk tidak membuang sampah di aliran sungai.
"Air sungai kalau bersih bisa untuk pertanian dan ternak. Air tangki bisa digunakan kebutuhan keluarga, warga harus benar-benar bisa berhemat," pintanya.
Kontributor : Adam Iyasa
Berita Terkait
-
Puluhan Desa Rawan Kekeringan, BPBD Cilacap Siapkan Armada Air Bersih
-
Waduk Setu Patok Kering, Sawah di 3 Kecamatan Tak Bisa Ditanami
-
Berhari-hari Tak Hujan, 11 Kabupaten di NTT Kekeringan Ekstrem
-
Buset! Kekeringan, Harga Air Besih di Desa Ini Tembus Rp 350 Ribu
-
Pentingnya Bendung Manganti Kementerian PUPR Mencegah Kekeringan
Terpopuler
- 7 Motor Matic Paling Nyaman Buat Touring di 2026: Badan Anti Pegal, Pas Buat Bapak-bapak
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- 3 Pilihan Mobil Bekas Rp60 Jutaan: Irit BBM, Nyaman untuk Perjalanan Luar Kota
Pilihan
-
6 Mobil Bekas Paling Cocok untuk Wanita: Lincah, Irit, dan Punya Bagasi Cukup
-
OJK Awasi Ketat Pembayaran Pinjol Dana Syariah Indonesia yang Gagal Bayar
-
Jejak Emas Rakyat Aceh Bagi RI: Patungan Beli Pesawat, Penghasil Devisa & Lahirnya Garuda Indonesia
-
Pabrik Toba Pulp Lestari Tutup Operasional dan Reaksi Keras Luhut Binsar Pandjaitan
-
Kuota Pemasangan PLTS Atap 2026 Dibuka, Ini Ketentuan yang Harus Diketahui!
Terkini
-
BRI Perkuat Aksi Tanggap Bencana Alam, 70 Ribu Jiwa Terdampak Beroleh Bantuan
-
PSIS Semarang Gegerkan Bursa Transfer: Borong Tiga Pemain Naturalisasi Sekaligus
-
8 Wisata Terbaru dan Populer di Batang untuk Libur Sekolah Akhir 2025
-
5 Rental Mobil di Wonosobo untuk Wisata ke Dieng Saat Libur Akhir Tahun 2025
-
Stefan Keeltjes Enggan Gegabah Soal Agenda Uji Coba Kendal Tornado FC