SuaraJawaTengah.id - Fenomena embun upas di Dataran Tinggi Dieng, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah yang menawarkan keindahan tersendiri bagi wisatawan. Justru, menjadi petaka bagi petani kentang di daerah tersebut.
Kemunculan embun upas, belakangan ini mengancam keberadaan tanaman kentang mereka. Bahkan dalam beberapa hari terakhir, embun membeku itu membuat tanaman menjadi layu yang diikuti dengan mengeringnya tanaman tersebut. Kondisi tersebut sudah dirasakan sejumlah petani di Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Banjarenagara.
Kades Dieng Kulon, Slamet Budiono mengatakan, tanaman kentang yang mulai terkena itu, utamanya di dekat kawasan Candi Arjuna.
"Embun upas sudah berdampak, hanya masih relatif sedikit," kata Slamet Budiono kepada Suara.com, Selasa (25/6/2019).
Slamet menghitung, total luasan tanaman kentang di kawasan itu ada belasan hektare. Adapun yang terkena embun upas masih beberapa hektare.
"Total tanaman cukup luas, cuman kan kalau yang terdampak dari embun upas itu umumnya di lahan yang datar, di tegalan, di kompleks Candi Arjuna dan sekitarnya. Untuk tanaman yang rusak, baik layu maupun kering, itu mlenca-mlenca gitu lho mas (spot-spot). Tapi kalau dikumpulkan semua ya sekitar satu hektaran," kata Slamet Budiono.
Slamet menceritakan, tanaman kentang yang terdampak rata-rata baru berusia antara 30 hari hingga 40 hari.
"Sudah mulai ada yang layu. Begitu pagi kena embun upas, nanti siang itu layu, kemudian kering," kata dia.
Dalam pengamatan Slamet, kemunculan embun upas di musim kemarau tahun ini tergolong lebih awal.
Baca Juga: Terjawab! Ini Penyebab Suhu Membeku di Dataran Tinggi Dieng
"Sekarang ini lebih awal munculnya embun upas. Kalau biasanya kan antara bulan Agustus, Juli begitu. Ini malah kemarin-kemarin, di bulan Mei saja sudah muncul, sekali. Begitu juga bulan (Juni) ini," kata dia.
Kepala Stasiun Geofisika Banjarnegara (BMKG Banjarnegara) Setyoajie Prayoedhie sebelumnya menyampaikan, kemunculan embun membeku tidak terlalu berpengaruh bagi manusia. Hanya saja, masyarakat khususnya yang tinggal di kawasan tersebut akan merasakan suhu udara yang lebih dingin dari biasanya.
"Untuk dampak pada tanaman, itu bisa mengakibatkan layu atau matinya bibit sayuran, khususnya yang belum cukup umur," jelas dia.
Kontributor : Teguh Lumbiria
Berita Terkait
-
Dianggap Fenomena Biasa, Ini Penjelasan BMKG soal Heboh Embun Es di Dieng
-
Fenomena Embun Es di Dieng, Mengundang Minat Wisatawan untuk Datang
-
Delapan Hari Terakhir, Suhu Udara di Kawasan Dieng Minus
-
Menawan Sekaligus Mematikan, Kelir Pesona Embun Upas di Dieng
-
Suhu Dingin Ekstrem Bikin Banyak Mobil Mogok di Dieng, Solar Membeku
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- 7 Sunscreen Anti Aging untuk Ibu Rumah Tangga agar Wajah Awet Muda
- Mobil Bekas BYD Atto 1 Berapa Harganya? Ini 5 Alternatif untuk Milenial dan Gen Z
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
6 HP Snapdragon RAM 8 GB Termurah: Terbaik untuk Daily Driver Gaming dan Multitasking
-
Analisis: Taktik Jitu Andoni Iraola Obrak Abrik Jantung Pertahanan Manchester United
-
29 Unit Usaha Syariah Mau Spin Off, Ini Bocorannya
-
Soal Klub Baru usai SEA Games 2025, Megawati Hangestri: Emm ... Rahasia
-
Pabrik VinFast di Subang Resmi Beroperasi, Ekosistem Kendaraan Listrik Semakin Lengkap
Terkini
-
3 Pilihan Mobil Bekas Rp60 Jutaan: Irit BBM, Nyaman untuk Perjalanan Luar Kota
-
7 Destinasi Wisata Kota Tegal yang Cocok untuk Liburan Akhir Tahun 2025
-
Gaji PNS Naik Januari 2026? Kabar Gembira untuk Abdi Negara
-
Jawa Tengah Borong Penghargaan Teknologi Pendidikan 2025: Rahasia Sukses PPDB Bebas Komplain
-
Rekomendasi Tempat Wisata Thailand untuk Wisatawan Pemula