Chandra Iswinarno
Rabu, 10 Juli 2019 | 20:59 WIB
Mbah Ngat tertidur di rumahnya yang berada di tengah permukiman kumuh Kota Semarang. [Suara.com/Adam Iyasa]

"Kami semua bekerja kalau siang, ibu jalan-jalan sudah biasa. Hanya kami memang orang miskin. Jadi pakaian seadanya, dikira gelandangan jalanan," tuturnya.

Aktivitas Ngatini yang dikira gelandangan pernah kepergok Satpol PP, Ngatini diciduk dan dibawa ke Panti Sosial Kota Semarang karena dikira gelandangan.

"Pernah kena razia, karena perginya ke jalan protokol, dibawa ke Panti Sosial. Tapi kami jemput kembali," katanya.

Ketua RT 02 RW 4 Kelurahan Gabahan, Sugianto (42) menyatakan jika Ngatini benar sebagai warganya. Terdaftar sebagai warga miskin, dan mengantongi Kartu Miskin, sebagai 'surat sakti' untuk pengurusan apa saja.

"Kalau KIS saya rasa punya, karena ada program UHC dari Pemkot Semarang, beras raskin sedang kami usahakan dapat jatah tahun depan," kata Sugianto, saat ditemui di rumahnya.

Sugianto sebenarnya berharap keluarga Sutejo mau mengurus Kartu Indonesia Pintar, agar anak atau cucu Ngatini, Kurniawan, bisa sekolah.

"Kasihan cucunya, tidak sekolah karena berkebutuhan khusus. Bisa masuk SLB, yang penting mengenyam pendidikan," tuturnya.

Aktifitas Ngatini yang gemar 'mengembara' juga diakui Sugianto, namun semua warga Kelurahan Gabahan sudah paham dan maklum. Menurutnya, hanya Sutejo saja yang bisa membujuk Ngatini untuk pulang jika berlama-lama ada di jalanan.

"Sudah sepuh, tapi masih terlihat sehat, jalannya pakai tongkat dan suka bawa buntalan," katanya.

Baca Juga: Kementerian PUPR Renovasi 1.048 Rumah Warga Miskin di Depok

Banyak yang mengira Ngatini adalah orang yang terganggu kejiwaannya karena penampilannya saat jalan-jalan. Namun Sugianto menolak, itu karena usia yang uzur dan penampilan yang lusuh.

Ngatini, kata Sugianto, juga hanya mau berkomunikasi dengan orang yang dikenalnya saja. Maka dari itu, tiap dia bepergian tak banyak bicara atau tak menyahuti setiap orang yang mengajak bicara.

"Tiap singgah selalu tiduran, banyak yang mengira pengemis atau orang gila, warga yang melintas biasa ngasih uang tapi Mbah Ngat tidak pernah meminta-minta," tambah Erik, salah satu warga.

Terpisah, Sekretaris Dinas Sosial Jawa Tengah Yusadar Armunanto menyatakan jika Ngatini dan keluarganya sudah dibujuk untuk menghuni Panti Sosial milik Pemprov Jateng. Dinas Sosial sudah mendatangi rumah Ngatini, memastikan kondisinya baik-baik saja paska viral videonya beredar di medsos.

"Tapi anaknya, Sutejo, tidak mau, katanya masih bisa ngopeni (merawat) ibunya. Padahal kami punya Panti Sosial bagi warga yang memang berkehendak dirawat oleh negara," kata Yusadar.

Namun begitu, pihaknya terbuka jika suatu saat Ngatini atau keluarganya berkeinginan untuk dirawat di Panti Sosial Pemprov Jateng.

Load More