Scroll untuk membaca artikel
Dwi Bowo Raharjo
Jum'at, 09 Agustus 2019 | 05:00 WIB
Teguh Waluyo (21) warga Boyolali, Jawa Tengah. (Suara.com/Ari Purnomo)

SuaraJawaTengah.id - Sebagai sosok tertua di keluarga, Teguh Waluyo (21) sadar harus bisa menjadi kepala keluarga. Teguh harus mencari nafkah agar kedua adiknya Indah Puspitasari (18) dan Dedi Prasetiyo (16) bisa makan. Setidaknya, sekali sehari saja sudah cukup untuk mengisi perutnya.

Tetapi, tidak adanya ijazah membuat Teguh tidak bisa berbuat banyak. Dia hanya mengandalkan permintaan dari para tetangga jika ada yang membutuhkan tenaganya. Misalkan bertani, bersih-bersih, menjadi kuli bangunan, atau pekerjaan lainnya.

Penghasilan teguh dari bantu-bantu tetangga tidak seberapa. Dirinya pun tidak pernah meminta jumlah upah yang pantas diterimanya. Dia hanya pasrah berapapun besaran uang yang diberikan.

Teguh hanya berpikir dirinya bisa pulang dengan membawa sejumlah rupiah untuk makan bersama dengan adik-adiknya. Menurutnya, uang hasil membantu tetangga bisa memberikan harapan untuk esok. Dan memberikan sedikit uang saku kepada adiknya Dedi yang saat ini duduk di bangku SMK.

Baca Juga: Misterius, Pohon di Kompleks Makam Boyolali Ini Terbakar

"Segala pekerjaan dilakukan, kadang bertani, bangunan atau pekerjaan lain. Ya kalau lagi tidak ada, ya tidak punya uang. Tidak bisa membeli kebutuhan sehari-hari," kata Teguh saat ditemui Suara.com di rumahnya di Kampung Ngepreh RT 5 RW 3 Kelurahan Kepoh, Kecamatan Sambi, Boyolali, Jawa Tengah, Kamis (8/8/2019).

Ketiadaan uang membuatnya pun harus nunggak tagihan listrik. Teguh mengatakan, sudah kebih dari lima bulan listrik di rumahnya sudah tidak dibayar.

Teguh tidak ada pilihan, jangankan untuk membayar listrik. Untuk membeli kebutuhan saja dirinya kesulitan.

"Sebulan sekitar Rp 150 ribu. Soalnya dulu listriknya sempat dinaikkan oleh pakde, dari 450 kwh menjadi 900 kwh. Dan sekarang masih tetap, jadi bayarnya segitu," ucapnya.

Karena ketiadaan uang, Teguh mengatakan pernah dirinya dan kedua adiknya tidak makan dalam satu hari. Ini dikarenakan tidak ada yang bisa dilakukan ketika di rumah dengan luas lebih kurang 70 meter persegi itu.

Baca Juga: Kesaksian Dokter Saat Puskesmas di Boyolali Ditabrak Truk Tronton

Teguh pun tidak mau jika harus meminta kepada tetangga.

"Pernah dulu sehari tidak makan. Karena memang tidak ada yang bisa dimakan. Sekarang bisa makan sekali sehari saja sudah senang," katanya.

Untuk mendapatkan uang, Teguh sempat berusaha ternak bebek. Ia membeli 10 ekor entok dengan uang yang ada. Tetapi, usahanya tidak membuahkan hasil. Bahkan seekor entoknya mati. Teguh pun berencana menjual seluruh entoknya.

"Kalau ada yang mau membeli, saya menjualnya semua Rp 500 ribu. Soalnya saya sudah tidak ada uang membeli pakan. Ini tinggal sembilan," tambahnya.

Tetangga Teguh, Lanjar, mengatakan jika selama ini Teguh memang dikenal jarang keluar rumah. Padahal, jika mau keluar para tetangga akan lebih mengetahui kondisi kehidupannya.

"Ya itu, Teguh ini lebih memilih di dalam rumah. Dia jarang bergaul dengan warga. Kalau ada warga yang membutuhkan dirinya kan juga sulit," ucapnya.

Lanjar mengatakan, kemungkinan Teguh juga kurang percaya diri saat bertemu dengan para tetangga. Makanya, ia memilih berada di rumahnya.

Kontributor : Ari Purnomo

Load More