Scroll untuk membaca artikel
Agung Sandy Lesmana
Selasa, 03 September 2019 | 04:55 WIB
Sejumlah warga saling berbagi makanan dalam Grebeg Suran Desa Banjarpanepen Kecamatan Sumpiuh Kabupaten Banyumas Jawa Tengah, Senin (2/9/2019). (Suara.com/Teguh Lumbiria).

“Kalau pas Idul Fitri atau Lebaran, kami biasanya datang dan bahkan didatangi umat Islam untuk saling maaf-maafan," ujarnya.

Tokoh Agama Kristen Banjarpanepen, Wagiman menyatakan senada. Kerukunan, toleransi dan saling tolong-menolong antarumat beragama di desanya sudah berlangsung sejak lama.

"Selama ini tidak pernah ada perselisihan. Semua tercipta dalam sebuah kerukunan,” kata Wagiman.

Wagiman mengatakan, umat Kristen di Banjarpanepen 95 KK dengan jumlah sekitar 372 jiwa.

Baca Juga: Wagub Jabar: Persatuan dan Kerukunan adalah Aset Terbesar Bangsa

“Jadi pada prinsipnya sama, yakni mengutamakan kebersamaan. Apalagi terfasilitasi oleh desa, dan tokoh agama maupun tokoh masyarakat juga memiliki peranan penting dalam menciptakan kebersamaan ini,” kata dia.

Tokoh Agama Islam yang juga Kaur Kesra Banjarpanepen, Mitro mengistilahkan Banjarpanepen sebagai ‘pancasila kecil’ yang warganya memiliki beragam keyakinan, namun erat menjaga kerukunan.

“Jadi antaragama justru saling membantu. Kalau di Islam lagi ada PHBI (peringatan hari besar Islam), yang (agama lain) ikut bantu, dari tenaga, konsumsi dan lainnya. Begitu juga sebaliknya,” kata Mitro.

Mitro menyampaikan dalam bahasanya, bahwa kerukunan antarumat beragama di desanya tercipta karena saling menghormati satu sama lain.

“Jadi lakum dinukum waliyadin (bagimu agamamu, bagiku agamaku),” kata dia.

Baca Juga: Doa Salat Gaib di Masjid Agung Jawa Tengah untuk KPPS: Jaga Kerukunan

Di luar itu, komitmen untuk menjaga kebersamaan itu sudah ditanamkan oleh nenek moyang pendahulunya. Itu pula yang kemudian dijaga karena memiliki sisi positif untuk menjaga kerukunan.

Load More