Scroll untuk membaca artikel
Chandra Iswinarno
Kamis, 19 September 2019 | 17:15 WIB
Putra Sulung Presiden Jokowi Gibran Rakabuming Raka usai bertemu Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo. [Suara.com/Ari Purnomo]

SuaraJawaTengah.id - Santer isyarat putra sulung Presiden Jokowi, Gibran Rakabuming maju dalam Pemilihan Wali Kota (Pilwalkot) Solo 2020 menjadi buah bibir warga kota tersebut.

Lantaran pada Rabu (18/9/2019), Gibran mendadak menyambangi Loji Gandrung, Rumah Dinas Wali Kota FX Hadi Rudyatmo yang juga Ketua PDI Perjuangan Kota Solo. Dalam perbincangan tersebut, Rudy sempat membeberkan beberapa perbincangan, salah satunya pertanyaan Gibran mengenai mekanisme mendaftarkan diri untuk maju dalam Pilwalkot.

Melihat fenomena tersebut, Pengamat politik dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo Agus Riewanto mengingatkan Gibran dan timnya untuk memikirkan kembali rencana tersebut.

Agus mengemukakan, salah satu yang perlu dipertimangkan adalah status Gibran yang merupakan anak presiden. Menurut Agus, bila Gibran memenangkan pilwalkot akan disertai anggapan miring bahwa kemenangannya dibantu sang ayah. Pun sebaliknya, bila Gibran kalah justru akan menurunkan martabatnya dan keluarga Presiden.

Baca Juga: Gibran Sebut Solo Butuh Sentuhan Anak Muda, Isyarat Maju Pilwalkot 2020?

“Istilah orang Jawa, menang ra kondang, kalah ngisin-isini (menang tidak kondang, kalah memalukan). Jadi harus dipikirkan dengan serius. Jangan GR [gede rasa] dengan dukungan kelompok tertentu dan survei bagus. Belum tentu demikian pada hari H,” ujar dia seperti dilansir Solopos.com-jaringan Suara.com pada Kamis (19/9/2019).

Meski begitu, Agus mengakui sosok Gibran cukup menarik perhatian dalam suhu politik lokal dan nasional kekinian. Sosok Gibran acapkali dianggap representasi anak muda yang sukses di bidang usaha, mandiri, dan relevan dengan kemajuan zaman.

Ditambah, tingginya tingkat pemilih kalangan milenial yang mencari sosok figur muda yang mumpuni dan mampu dijadikan panutan. Bahkan, ada anggapan orang yang didukung pemilih milenial akan memenangi pemilu.

Namun, menurut Agus, perlu diperhatikan kepedulian kelompok milenial dalam ajang kontestasi politik lokal, seperti pilkada yang masih rendah.

“Pemilih dengan usia 35 tahun ke bawah yang disebut sebagai kelompok milenial persentase rata-rata di tiap daerah mencapai 60 persen. Siapa mampu mengagitasi merek untuk memilih punya kans menang besar,” kata dia.

Baca Juga: Dadakan Bertemu Wali Kota Solo, Gibran: Bicara Perkembangan Kota Solo

Load More