Scroll untuk membaca artikel
Chandra Iswinarno
Senin, 30 Desember 2019 | 16:50 WIB
Proses eskavasi Patung Ganesha di Desa Dieng Wetan Kecamatan Kejajar Wonosobo. [Suara.com/Khoerul]

Selain karakter batuan yang ringan dan mudah dipindahkan, kerusakan atau lenyapnya candi-candi di Dieng dipengaruhi faktor alam. Maklum, ratusan situs atau candi berada di kawasan kaldera gunung api purba. Gunung api Dieng pun hingga sekarang masih aktif. Dalam perjalanan sejarahnya, Dieng kerap mengalami bencana alam akibat aktivitas vulkanik. Intensitas gempa juga sering dalam kurun waktu tahun 1900-2000 an.

Bencana alam itu berpotensi merusak atau melenyapkan bangunan yang ada, termasuk candi. Sejumlah candi seperti Candi Parikesit, Sadewa, Nakula, Nalagareng dan Setyaki pun hilang.

"Bencana memperburuk kondisi situs yang ada. Beberapa menjadi korban, hancur,"katanya

Keberadaan situs di Dieng kian terancam seiring dengan pertambahan penduduk yang cepat. Pemerintah di era kolonial, kata dia, mengeluarkan izin pembebasan tanah untuk warga yang batasannya Gunung Sipandu, Sikendil, sisi Gunung Prahu dan Gunung Pagerkandang.

Baca Juga: Petani Temukan Arca Ganesha Terbesar di Dieng

Pemerintah di rezim Orde Baru (Orba), menurutnya, membuat kebijakan membagikan sertifikat lahan kepada para pendatang, serta penerbitan izin pembukaan lahan untuk pertanian. Kondisi itu tentu saja mengancam keberadaan situs di Dieng.

BPCB disebutnya pernah mendata lahan di tahun 1980-an dan menemukan, tanah milih Direktorat Kepurbakalaan ternyata banyak yang tumpang tindih kepemilikannya dengan warga yang juga memiliki sertifikat atas tanah tersebut.

Ia menilai, tidak adanya tindakan tegas dari pemerintah membuat masyarakat kian gencar membuka lahan untuk pemukiman maupun pertanian.

Karena itu wajar jika banyak situs terkubur di permukiman maupun lahan pertanian warga. Ia mencontohkan situs Watu Kelir, komplek Candi Magersari, Candi X, Candi U, dan puluhan candi yang tergusur untuk pembangunan jalan lingkar Dieng.

Ketua Umum Yayasan Sahabat Muda Indonesia sekaligus Pembina Komunitas Cagar Budaya Banjarnegara mengatakan, peran serta pemerintah dan kesadaran masyarakat akan pelestarian cagar budaya di Dieng harus ditingkatkan. Jika kondisi ini dibiarkan dan luput dari perhartian, bukan tidak mungkin beberapa situs yang masih tersisa akan ikut hilang. Dieng menurut dia bukan hanya merupakan aset nasional, namun juga memenuhi prasyarat sebagai warisan dunia.

Baca Juga: Minta Dicukur Jokowi, Farida Bocah Rambut Gimbal di Dieng Ini Viral

Kontributor : Khoirul

Load More