Scroll untuk membaca artikel
Bangun Santoso
Sabtu, 18 Januari 2020 | 16:10 WIB
Prosesi jelang Imlek di Kelenteng Boen Tek Bio Banyumas. (Suara.com/Anang Firmansyah)

SuaraJawaTengah.id - Tahun Baru Imlek selalu identik dengan warga keturunan Tionghoa. Di Banyumas, Jawa Tengah ada prosesi jamasan (penyucian benda-benda pusaka menggunakan air kembang) rupang atau patung dewa. Ritual ini biasanya dilakukan satu minggu sebelum Imlek.

Namun ada yang berbeda di Kelenteng Boen Tek Bio Banyumas. Selain patung dewa, turut dijamas juga tiga pusaka keris peninggalan Mbah Kuntjung.

"Keris peninggalan Mbah Kuntjung ini sudah ada di altar sejak 30 tahun lalu. Jenis kerisnya ada Sapujagad lalu Brojol terus yang terakhir Mbah Kuntjung," kata Edi Sumarno, juru kunci Kelenteng Boen Tek Bio Banyumas, Sabtu (18/1/2020).

Ia menuturkan, sudah lima tahun ini menjadi juru kunci penjamas keris Mbah Kuntjung. Ia menjadi keturunan kedua menggantikan pamannya yang sudah meninggal.

Baca Juga: Menikmati Wisata Perahu Imlek di Solo

"Mbah Kuntjung menurut keyakinan warga keturunan Tionghoa di sini berwujud Kiai Semar yang menunggu kelenteng. Ini yang membedakan dengan kelenteng lainnya. Hanya ada di sini," katanya.

Sebagaimana rupang para dewa, tiga keris pusaka itu dimandikan setahun sekali. Perlakuannya sama, dimandikan dengan air kembang dan dibalur perasan jeruk nipis.

"Tidak ada hal-hal khusus. Cara pemandiannya sama dengan rupang lainnya," ujarnya lagi.

Memandikan rupang dimaknai menjadi bentuk bakti kepada para dewa. Di Kelenteng Boen Tek Bio Banyumas, memandikan rupang dilakukan 10 hari sebelum Imlek sesuai prediksi hari baik. Terdapat 40 rupang yang dimandikan di Kelenteng Boen Tek Bio Banyumas.

Sementara itu Humas Kelenteng Boen Tek Bio Banyumas, Sobita Nanda menjelaskan Mbah Kuntjung adalah satu di antara altar dari para suci kejawen yang dihormati oleh warga keturunan Tionghoa di Banyumas.

Baca Juga: Menu Spesial Imlek Ala Millennium Hotel Sirih Jakarta

"Beliau adalah tokoh dari Banyumas pernah hidup beberapa ratus tahun yang lalu. Pertama kali di sembahyangkan di kelenteng sini tahun 1993. Sebelumnya ditaruh di tempat ketua kelenteng pada saat itu," katanya.

Sobita mengisahkan, pada tahun 1993 pernah ada tokoh kebatinan yang berkomunikasi dengan Mbah Kuntjung. Masyarakat keturunan Tionghoa yang hidup di Banyumas menyakini Mbah Kuntjung menjadi sosok pengayom masyarakat sekitar yang pernah hidup pada ratusan tahun lalu.

"Kemudian kita buatkan altar khusus dan kita hormati hingga saat ini yang diisi tiga buah pusaka berwujud keris. Khusus untuk altar Mbah Kuntjung, yang diperkenankan untuk menjamasi adalah juru kunci yang sudah ditunjuk. Sehingga memang kita tidak ada yang berani untuk membersihkan atau menjamasi pusakanya Mbah Kuntjung," jelas Sobita.

Terkait dengan Tahun Baru Imlek 2571 yang bertepatan dengan Tahun Tikus Logam, Sobita mengaku sebagai tahun pembawa keberuntungan.

"Seperti kita ketahui bahwa tikus adalah hewan yang cerdik. Tikus itu selalu mencari jalan untuk selamat agar tetap hidup. Walaupun terjebak seperti apa, tikus selalu berusaha mencari jalan. Nah semoga di tahun ini, negara kita diberkahi tokoh-tokoh yang cerdik dan pandai untuk membangun negara ini agar lebih baik," harapnya.

Caption : Juru kunci menjamas pusaka keris Mbah Kuntjung saat kegiatan Jamasi Kim Sin di Klenteng Boen Tek Bio Banyumas, Sabtu (18/1/2020).

Warga keturunan Tionghoa membersihkan patung dewa saat kegiatan Jamasi Kim Sin di Klenteng Boen Tek Bio Banyumas, Sabtu (18/1/2020).

Kontributor : Anang Firmansyah

Load More