Scroll untuk membaca artikel
Chandra Iswinarno
Jum'at, 24 April 2020 | 20:40 WIB
Wali Kota Semarang Hendrar Priadi. [Suara.com/Dafi Yusuf]

SuaraJawaTengah.id - Penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang belakangan diajukan beberapa kota di Indonesia ternyata tak membuat Ibu Kota Jawa Tengah, Semarang mengajukannya kepada Gubernur dan Kementerian Kesehatan (Kemenkes).

Bahkan, Wali Kota Semarang Hendrar Priadi menolak konsep tersebut diberlakukan di wilayahnya.

"Sudah kami rapatkan Perwalkot pembatasan wilayah non PSBB, dengan model Jogo Tonggo. Senin kita berlakukan. Dasarnya semangat kondisi tanggap bencana, yang nanti akan mengatur tempat kerja, usaha, pendidikan, dan kegiatan masyarakat,” katanya seperti dilansir Solopos.com-jaringan Suara.com pada Jumat (24/4/2020).

Hendi, sapaan Hendrar Priadi, menjelaskan konsep Jogo Rogo merupakan gerakan pencegahan penularan Covid-19 berbasis masyarakat. Gerakan tersebut, lanjut Hendi, dilakukan warga di tiap rukun warga (RW), sebagai tindak lanjut sikap Wali Kota menolak PSBB di Semarang.

Baca Juga: Sejumlah Kendaraan di Pintu Keluar Tol Jagorawi Masih Langgar Aturan PSBB

Pemberlakuan Jogo Tonggo, kata Hendi, dipersilakannya kepada kelurahan untuk melakukan karantina wilayah dengan portal, bambu maupun peralatan lain.

"Saat ini, kami juga sudah melaksanakan sistem lumbung pangan kelurahan, meskipun basis kegiatannya ada di tingkat RW. Tapi ini sudah ready," katanya.

Disebut Hendi, pemberlakuan Jogo Tonggo akan mendapat dukungan penuh dengan keberadaan pos pantau. Saat ini, total ada 16 pos pantau yang disiapkan Pemkot Semarang. Nantinya di tiap pos pantau akan dijaga tiga tim patroli.

“Kita menaruh 16 pos pantau, 8 pos ditaruh di perbatasan dengan wilayah lain. Delapan pos pantau di kota. Setiap pos pantau ada tiga tim patroli, anggotanya TNI-Polri, Dishub, Satpol PP dan tenaga kesehatan. Total ada 48 tim patroli,” katanya.

Jogo Tonggo, lanjut Hendi, akan diberlakukan mulai Senin (27/4/2020). Namun sebelum diberlakukan, Pemkot Semarang akan melakukan persiapan dan sosialisasi ke masyarakat.

Baca Juga: Langgar PSBB, Sejumlah Pengemudi Disetop di Pintu Keluar Tol Jagorawi

Lebih lanjut, Hendi berharap konsep tersebut bisa menurunkan laju penyebaran Covid-19 di Semarang.

Untuk diketahui, saat ini jumlah kasus Covid-19 di Semarang merupakan yang tertinggi di Provinsi Jateng. Total ada 147 pasien yang terkonfirmasi positif Covid-19 di Semarang. Sementara jumlah pasien yang sembuh mencapai 50 orang dan meninggal dunia 29 orang.

Dari 29 orang yang meninggal karena Covid-19 itu, 21 orang di antaranya merupakan warga Kota Semarang. Sedangkan sisanya merupakan warga dari luar kota.

Sementara itu, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo tak mempermasalahkan penolakan tersebut. Dia mengatakan dengan Jogo Rogo, pihaknya mengajak peran masyarakat dalam pemberantasan Covid-19.

“Basisnya desa atau kampung. Ruang yang lebih kecil bisa kita lakukan kendali yang lebih manageable. Kalau kita mau tetapkan PSBB, sudahkah kita menghitung dan siap? Kalau belum, kita latihan dulu dengan melakukan tindakan mirip PSBB,” katanya.

Load More