Scroll untuk membaca artikel
Dany Garjito
Minggu, 03 Mei 2020 | 16:28 WIB
Dua warga menjalani karantina mandiri di rumah kosong yang terletak di Dukuh Selorjo RT 039, Desa Sepat, Masaran, Sragen, Sabtu (2/5/2020). (Solopos/Tri Rahayu)

Di ruangan itu hanya ada fasilitas kipas angin. Satu meja tempat makanan dan minuman serta meja kursi. Setiap harinya hampir tidak ada aktivitas yang berarti.

Nur biasanya di belakang rumah kosong mencari keringat dengan mencabuti rumput selama menjalani karantina. Totok pun memilih berjemur di saat-saat tertentu. Selebihnya mereka hanya duduk dan bermain ponsel.

"Mereka itu yang panas pikirannya"

Mereka sempat kaget karena suhu tubuh sejak awal datang sampai sekarang masih 37,3 derajat celsius. Tetapi mereka tidak merasa demam, sakit, batuk, apalagi sesak napas.

Baca Juga: Sehari 7 Warga Sragen Positif Corona, Semua dari Klaster Ijtima Gowa

“Mereka itu yang panas pikirannya,” celetuk Mulyono, Kades Sepat, Masaran, yang bertandang ke rumah kosong itu, Sabtu siang.

Mereka tertawa mendengar celotehan Mulyono. Mulyono bersama Satgas Desa dan Bidan Desa rutin memantau kesehatan mereka bersama. Mulyono pun siap memberi jatah makan bila keluarga tidak mampu.

Karantina di rumah kosong itu bagi Mulyono lebih baik daripada di rumah masing-masing karena benar-benar bisa menghindari kontak langsung dengan orang lain.

“Sekarang jumlah pelaku perjalanan di Sepat sebanyak 306 orang. Kemarin sempat ada warga yang hendak pulang dari Surabaya. Kemudian boleh mudik tetapi harus menempati rumah isolasi yang disediakan pemerintah. Akhirnya, dia tidak jadi pulang,” ujarnya.

Baca Juga: Kurung Pemudik di Rumah Angker, Bupati Sragen: Memang Harus Dibuat Kapok

Load More