SuaraJawaTengah.id - Jumlah ibu hamil di Sukoharjo makin banyak selama para pekerja bekerja di rumah atau work from home (WFH). Hal ini menjadi salah satu pendorong kegagalan program kontrasepsi Keluarga Berencana atau KB di Sukoharjo.
Ada tren peningkatan ibu hamil di Sukoharjo selama Covid-19. Namun peningkatan ibu hamil belum terlalu signifikan. Dia memperkirakan peningkatan angka ibu hamil mulai terjadi pada Juni mendatang.
"Selama pandemi Covid-19 warga diimbau untuk diam di rumah saja. Kerja juga dari rumah. Ini berpengaruh kepada angka kehamilan yang meningkat dari pasangan suami istri," kata Ketua Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Kabupaten Sukoharjo, Tri Tuti Rahayu, Kamis (7/5/2020).
Selain WFH, peningkatan ibu hamil karena kebijakan pembatasan bagi layanan keluarga berencana (KB) selama Covid-19. Dengan kondisi ini, menambah angka kegagalan program KB bagi pasangan usia subur, PUS, di Sukoharjo.
Namun, diakuinya tak sedikit pula PUS yang ketakutan mendatangi layanan kesehatan karena Covid-19. Hal ini pula menjadi salah satu faktor kegagalan program KB.
"Layanan KB memang dibatasi, karena Covid-19. Protokol kesehatan Covid-19 juga dilakukan bidan desa. Misal gunakan alat pelindung diri (APD) saat jadwal temu dengan ibu hamil," katanya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Sukoharjo Yunia Wahdiyati tak memungkiri potensi ada ledakan penduduk di Kabupaten Sukoharjo pasca pandemi Covid-19. Hal ini lantaran banyaknya PUS yang kebobolan karena gagalnya program kontrasepsi selama pandemi Covid-19.
"Kami sudah membahas untuk mengantisipasi ledakan penduduk di seluruh puskesmas hingga mengaktifkan bidan desa," kata dia.
Selain mempersiapkan protokol kesehatan bagi ibu hamil di tengah pandemi Covid-19, masalah lain menjadi perhatian adalah layanan KB di Sukoharjo. Pihaknya menerapkan tata laksana layanan kesehatan bagi ibu hamil, melahirkan dan program KB.
Baca Juga: Kasus Anak Telan Magnet Meningkat Selama WFH, Orangtua Dianggap Lengah
Tata laksana diterapkan agar masyarakat tidak takut untuk mendapatkan layanan kesehatan di puskesmas atau bidan desa. Sebab kegagalan program KB justru berisiko tinggi terhadap kondisi ibu dengan memiliki riwayat penyakit penyerta seperti hipertensi dan diabetes.
"Jadi kami minta petugas di puskesmas dan bidan desa mengedukasi PUS untuk diingatkan kembali program KB. Sehingga walaupun dirumah paling tidak tetap menjalankan program kontrasepsi," katanya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 HP RAM 8 GB Memori 256 GB Harga Rp1 Jutaan, Terbaik untuk Pelajar dan Pekerja
- 7 Sepatu Adidas Diskon hingga 60% di Sneakers Dept, Cocok Buat Tahun Baru
- 5 Mobil Bekas yang Anti-Rugi: Pemakaian Jangka Panjang Tetap Aman Sentosa
- Diminta Selawat di Depan Jamaah Majelis Rasulullah, Ruben Onsu: Kaki Saya Gemetar
- Kencang bak Ninja, Harga Rasa Vario: Segini Harga dan Konsumsi BBM Yamaha MT-25 Bekas
Pilihan
-
Kaleidoskop Sumsel 2025: Menjemput Investasi Asing, Melawan Kepungan Asap dan Banjir
-
Mengungkap Gaji John Herdman dari PSSI, Setara Harga Rumah Pinggiran Tangsel?
-
Aksi Adik Kandung Prabowo yang Makin Mencengkeram Bisnis Telekomunikasi
-
Sesaat Lagi! Ini Link Live Streaming Final Futsal ASEAN 2025 Indonesia vs Thailand
-
Cerita 1.000 UMKM Banyuasin: Dapat Modal, Kini Usaha Naik Kelas Berkat Bank Sumsel Babel
Terkini
-
Tahun Pertama Pimpin Jateng, Rapor Kinerja Ahmad Luthfi Diapresiasi Budayawan
-
Fortuner 2024 vs Pajero 2024? Ini 7 Perbandingan Kedua Mobil Tersebut
-
BRI Diapresiasi atas Peran Strategis dalam Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan
-
Dari Reruntuhan Menuju Harapan, Kementerian PU Bangun Kembali Ponpes Darul Mukhlisin Pascabanjir
-
10 Wisata Jepara Terpopuler yang Wajib Kamu Kunjungi Saat Libur Akhir Tahun 2025