Scroll untuk membaca artikel
Pebriansyah Ariefana
Minggu, 24 Mei 2020 | 19:06 WIB
Seorang petugas BPBD Sragen menyemprotkan disinfektan pada pakaian ibu-ibu dari DKK di Gedung SMS Sragen, Minggu (24/5/2020). (Solopos/Tri Rahayu)

SuaraJawaTengah.id - Sebanyak 15 pasien virus corona dengan status orang tanpa gejala atau OTG merasakan Idul Fitri serba keterbatasan. Mereka dijaga kertat.

Mereka merupakan positif Covid-19 dari klaster Ijtima Ulama Gowa. Mereka merayakan Lebaran atau Idulfitri di Gedung Sasana Manggala Sukowati atau SMS Sragen, Minggu (24/5/2020).

Dengan penjagaan yang ketat, sulit untuk mengetahui aktivitas para OTG itu di dalam gedung tersebut selama merayakan Lebaran. Solopos.com (jaringan Suara.com) hanya memperoleh informasi dari petugas keamanan yang berjaga di depan gedung.

Minggu siang itu terik matahari menyengat. Enam petugas masih berjaga-jaga di tenda cokelat dan biru di depan gerbang masuk Gedung Sasana Manggala Sukowati (SMS) Sragen.

Baca Juga: Masya Allah, 5.402 Orang Pasien Corona RI Sembuh saat Lebaran

Mereka terdiri atas dua orang polisi, dua orang tentara, seorang anggota Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Sragen.

Ada juga seorang anggota Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sragen. Mereka mendapat jatah piket berjaga di gedung yang dihuni para OTG klaster Gowa di Sragen itu sejak pukul 06.00 WIB.

Salah satu petugas jaga itu adalah Aipda Dwi Hartanto, anggota Polres Sragen, yang berjaga setiap hari di tenda itu dengan sistem sif. Kebetulan Dwi mendapat jatah sif pagi, yakni mulai pukul 06.00 WIB-14.00 WIB.

“Berjaga di sini jenuh juga karena hanya duduk-duduk. Saat Lebaran bisa sambil makan atau minum. Saat masih puasa kemarin tambah nglangut [sepi banget] lagi. Tugas tetap dilaksanakan,” kata Dwi saat berbincang kepada Solopos.com, Minggu (24/5/2020).

Dwi mengaku tak tahu apa yang dilakukan 15 OTG positif Covid-19 dari klaster Gowa penghuni Gedung SMS Sragen itu saat Lebaran.

Baca Juga: Peringatan! 2 Kecamatan Surabaya Ini Paling Banyak Pasien Corona

"Kami mendekat saja tidak berani," ujar Dwi.

Setiap hari selalu ada yang mengirim barang untuk 15 orang di dalam gedung. Barang kiriman itu hanya ditaruh di meja yang disiapkan petugas di depan gerbang masuk zona kuning.

Saat petugas dari katering datang untuk antar makanan, baru barang kiriman itu dibawa ikut serta masuk ke zona merah. Petugas katering selalu memakai alat pelindung diri (APD) lengkap saat masuk ke zona merah.

"Makanan itu ditaruh di meja yang disediakan di batas zona merah. Biasanya ada perwakilan penghuni Gedung SMS yang mengambil. Itu yang bisa saya lihat dari kejauhan,” ujar Dwi.

Saat mengobrol itu tiba-tiba ada mobil berpelat hitam datang. Dari dalam mobil keluar seorang ibu-ibu yang meminta izin mengantar barang masuk gedung yang dihuni OTG dari klaster Gowa Sragen itu. Ibu itu mengaku dari Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Sragen.

Dwi segera mengambil kunci untuk membuka gembok pagar. Seorang petugas BPBD Sragen ikut membantu membukakan pintu. Ternyata ibu itu membawa pesanan telur lebih dari 3 kg dan perlengkapan mandi.

“Telur-telur itu dipesan mereka. Sama ada sabun mandi dan seterusnya,” ujar ibu-ibu itu.

1 Pendirinya Meninggal, Keluarga Besar KWS Kumpulan Wong Sragen Berduka Saat Lebaran

Saat keluar lagi, ibu-ibu itu membawa tiga galon air minum kosong untuk ditukar dengan yang berisi. Galon itu disemprot disinfektan untuk pencegahan ada virus corona yang menempel pada galon.

“Setiap hari permintaan dari Gedung SMS itu ada 12 galon. Kebutuhan air itu kemungkinan juga untuk kebutuhan memasak,” katanya.

Dari kejauhan juga terlihat ada jemuran baju di sebelah utara gedung. Ada orang yang terlihat mengambil jemuran itu.

Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) DKK Sragen, Sri Subekti, tidak bisa memberikan nomor telepon karena penghuni Gedung SMS itu tertutup.

“Orangnya privat sekali,” katanya singkat.

Load More