SuaraJawaTengah.id - Penggunaan masker kain sempat dianjurkan sebagai alternatif penggunaan masker medis untuk mengurangi virus corona. Seperti diketahui, pada awal kemunculan virus corona, masker medis sempat sulit dicari lantaran ada penimbun.
Maka alternatifnya menggunakan masker kain. Tapi, tidak semua masker punya efektivitas yang sama. Peneliti di Duke University membuat penemuan saat menguji 14 jenis topeng, menurut penelitian yang diterbitkan Jumat. Demikian dilansir dari New York Post.
Masker N95, yang sering digunakan oleh profesional perawatan kesehatan, bekerja paling baik untuk menghentikan transmisi tetesan pernapasan selama percakapan biasa.
Masker yang memiliki kinerja baik lainnya dalam menghentikan kebocoran adalah masker bedah tiga lapis dan masker katun, yang dapat dibuat di rumah, para peneliti dari departemen fisika Duke menemukan.
Tapi meski bandana dan penutup wajah rajutan mungkin terlihat unik, mereka tidak menawarkan banyak perlindungan, menurut penelitian.
Para ilmuwan juga menemukan bahwa pelindung leher, yang sering dikenakan oleh pelari, adalah yang paling tidak efektif dan sebenarnya memungkinkan lebih banyak tetesan pernapasan keluar daripada tidak memakai masker sama sekali.
Itu karena mereka terbukti memecah tetesan yang lebih besar menjadi partikel yang lebih kecil, memungkinkan mereka untuk lebih mudah keluar dari sisi penutup.
“Kami sangat terkejut menemukan bahwa jumlah partikel yang diukur dengan bulu domba sebenarnya melebihi jumlah partikel yang diukur tanpa memakai topeng apa pun,” Martin Fischer, salah satu penulis studi tersebut.
"Kami ingin menekankan bahwa kami benar-benar mendorong orang untuk memakai masker, tapi kami ingin mereka memakai masker yang benar-benar berfungsi."
Baca Juga: Tanpa Gejala, Dua Pegawai Bank Banten Positif Covid-19
Untuk menguji masker, para ilmuwan menggunakan kotak hitam yang dilengkapi dengan laser dan kamera ponsel.
Seseorang yang memakai masker wajah akan berbicara ke arah sinar laser di dalam kotak. Kemudian, jumlah tetesan pernafasan yang tersebar oleh berkas tersebut direkam oleh kamera di bagian belakang kotak.
Algoritme komputer kemudian menghitung tetesan yang terlihat di video untuk menentukan berapa banyak yang bocor.
Para peneliti mengatakan ini adalah metode berbiaya rendah dan efektif untuk menguji penutup wajah mana yang berhasil dan mana yang tidak.
“Ini adalah alat visual yang sangat kuat untuk meningkatkan kesadaran bahwa masker yang sangat sederhana, seperti masker kapas buatan sendiri ini, sangat efektif untuk menghentikan sebagian besar tetesan pernapasan ini,” kata Fischer.
“Perusahaan dan produsen dapat menyiapkan ini dan menguji desain topeng mereka sebelum memproduksinya, yang juga akan sangat berguna.”
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- 7 Sunscreen Anti Aging untuk Ibu Rumah Tangga agar Wajah Awet Muda
- Mobil Bekas BYD Atto 1 Berapa Harganya? Ini 5 Alternatif untuk Milenial dan Gen Z
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Pabrik VinFast di Subang Resmi Beroperasi, Ekosistem Kendaraan Listrik Semakin Lengkap
-
ASUS Vivobook 14 A1404VAP, Laptop Ringkas dan Kencang untuk Kerja Sehari-hari
-
JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
Terkini
-
130 Tahun BRI, Konsisten Tumbuh Bersama Rakyat dan Perkuat Ekonomi Inklusif
-
10 Tempat Wisata di Brebes yang Cocok untuk Liburan Sekolah Akhir Tahun 2025
-
Borobudur Mawayang: Sujiwo Tejo dan Sindhunata Hidupkan Kisah Ambigu Sang Rahvana
-
5 Mobil Diesel Bekas di Bawah 100 Juta, Mobil Badak yang Siap Diajak Liburan Akhir Tahun 2025
-
BRI Peduli Guyur Rp800 Juta, Wajah 4 Desa di Pemalang Kini Makin Ciamik