SuaraJawaTengah.id - Setelah penangkapan Menteri Sosial (Mensos) Juliari Batubara oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) atas dugaan korupsi pengadaan bantuan sosial alias bansos Covid-19. Telah memberi sinyal kuat bahwa lembaga antikorupsi itu mampu memperlihatkan taringnya di tengah ketidakpercayaan sejumlah pihak.
Terlebih juga, beberapa pekan yang lalu KPK berhasil menangkap Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Edhy Prabowo dengan mengungkap kasus suap benih lobster.
Rangkaian penangkapan terhadap dua Kementerian dalam waktu berdekatan tersebut, mendapat apresiasi tinggi dari Sekertaris Pimpinan Pusat Muhammadiyah Abdul Mu'ti.
"Saya mengapresiasi kinerja KPK yang dalam beberapa hari terakhir menangkap beberapa pejabat negara, dua diantaranya Menteri Kelautan dan Perikanan dan Menteri Sosial," cuitnya melalui akun twitter @Abe_Mukti Minggu (6/12/2020).
Lanjutnya, Abdul Mu'ti membeberkan selama setahun terakhir, kinerja KPK di bawah kepemimpinan Firly Bahuri memang banyak diragukan publik, lantaran adanya UU nomor 19 tahun 2019 tentang Perubahan Kedua atas UU nomor 30 tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
"Setelah selama tahun bekerja, @KPK_RI yang sejak awal pembentukan diragukan kemandiriannya mulai menunjukkan kinerja yang memberi harapan kepada masyarakat," terangnya.
Dengan penangkapan dua menteri itu, menjadi pembuktian bahwa KPK adalah lembaga yang mandiri dan tidak bisa didikte oleh berbagai kepentingan baik Presiden maupun partai politik.
"Publik menunggu gebrakan KPK berikutnya. Ada sinyalemen di masyarakat, kementrian lain juga tercium semerbak korupsi," ujarnya.
Tak hanya itu, Abdul Mu'ti juga menjelaskan makna terkait ditangkapnya dua Menteri dalam kabinet Indonesia Maju ini.
Baca Juga: Diduga Korupsi Dana COVID-19, Rocky Gerung: Mensos Juliari Batubara Dungu
"Pertama, keterbukaan dan pembuktiaan Presiden yang tidak melindungi siapapun yang terbukti bersalah. Kedua, Presiden perlu melakukan evaluasi serta langkah serius terhadap integritas dan kinerja para menteri," ucapnya.
Dalam satu tahun pemerintahan, menurutnya penilaian publik itu penting terhadap kinerja menteri yang di bawah standar, mis-match bahkan under capacity.
Sebab jabatan menteri itu berkaitan erat dengan pelayanan dan hajat hidup rakyat yang harus dipertanggungjawabkan.
"Kasihan nasib rakyat yang semakin berat beban, baik karena pandemi, maupun berbagai persoalan hidup mereka karena negara tidak sungguh-sungguh hadir memecahkan masalah dan mengangkat nasib mayoritas rakyat bawah," tutupnya.
Reporter: Fitroh Nurikhsan
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- 7 Sunscreen Anti Aging untuk Ibu Rumah Tangga agar Wajah Awet Muda
- Mobil Bekas BYD Atto 1 Berapa Harganya? Ini 5 Alternatif untuk Milenial dan Gen Z
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Pabrik VinFast di Subang Resmi Beroperasi, Ekosistem Kendaraan Listrik Semakin Lengkap
-
ASUS Vivobook 14 A1404VAP, Laptop Ringkas dan Kencang untuk Kerja Sehari-hari
-
JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
Terkini
-
130 Tahun BRI, Konsisten Tumbuh Bersama Rakyat dan Perkuat Ekonomi Inklusif
-
10 Tempat Wisata di Brebes yang Cocok untuk Liburan Sekolah Akhir Tahun 2025
-
Borobudur Mawayang: Sujiwo Tejo dan Sindhunata Hidupkan Kisah Ambigu Sang Rahvana
-
5 Mobil Diesel Bekas di Bawah 100 Juta, Mobil Badak yang Siap Diajak Liburan Akhir Tahun 2025
-
BRI Peduli Guyur Rp800 Juta, Wajah 4 Desa di Pemalang Kini Makin Ciamik