Scroll untuk membaca artikel
Budi Arista Romadhoni
Selasa, 15 Desember 2020 | 08:32 WIB
Perempuan curhat bapaknya dicovidkan. (Instagram/@smart.gram)

SuaraJawaTengah.id - Belum lama ini salah satu warga daerah Gombong Kabupaten Kebumen Jawa Tengah (Jateng) membuat surat terbuka yang ditunjukkan kepada Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Surat itu berisikan kekecewaan terhadap rumah sakit yang mengcovidkan orangtuanya.

Surat terbuka itu, dibacakan melalui unggahan video di akun facebook Sulis Tyowati Sidareja Kunci. Terlihat perempuan berkoas merah muda berkaca-kaca saat mencurahkan isi suratnya tersebut.

Namun kekinian postingan itu dihapus. Dari penelusuran SuaraJawaTengah.id kami menemukan video di akun facebook medsos update. 

Tangkapan layar Sulis Tyowati warga kebumen. (Facebook/Medsos Update)

Lihat videonya klik DI SINI

Baca Juga: Jusuf Kalla Sebut Plasma Convalescent Ampuh Sembuhkan Pasien Covid-19

Sulis Tyowati sebagai rakyat biasa, hanya ingin mengadu dan menyampaikan keluh kesahnya. Ia meminta keadilan terhadap perlakuan rumah sakit yang mengcovidkan bapaknya.

Tepat 25 November 2020, dirinya menceritakan kronologi bapaknya yang sudah berumur 76 jatuh sakit dan dibawa berobat ke salah satu rumah sakit di daerahnya. Sulis pun tak menampik bahwa bapaknya memiliki riwayat penyakit asma sedari dulu sebelum adanya Covid-19.

"Pagi sekitar pukul 8, bapak saya dilarikan ke salah satu rumah sakit, bapak saya dimasukkan ke ruang IGD. Jauh jauh dari Sidareja saya pulang ke Gombong. Sesampainya di rumah sakit hati saya hancur, melihat bapak saya terbaring di ruangan tertutup dengan keadaan kaki diikat dan tangan diikat," katanya.

Ketika di rumah sakit, seorang perawat datang memberitahunya untuk tidak masuk ke ruangan IGD. Karena dikhawatirkan bapaknya itu positif covid-19. Namun tetap saja Sulis tak tega membiarkan orangtuanya terbaring sendirian di ruangan tersebut.

"Tak ada anak yang tega melihat bapak sendiri di dalam ruangan. Sementara kala itu bapak saya butuh untuk dituntun, sampai akhirnya saya tetap memaksa untuk masuk," ujarnya.

Baca Juga: Berhenti Minum Alkohol Usai Suntik Vaksin Covid-19, ini Sebabnya

Lanjutnya, ia merasa kecewa dengan pihak rumah sakit yang ternyata bohong kepadanya. Lantaran memindahkan bapaknya ke ruangan isolasi. Padahal sebelumnya dokter memberitahunya, kalau bapaknya itu akan dipindahkan ke ruangan ICU.

"Saya tanya ke perawat, katanya ke ruang ICU Mas, kenapa bapak saya masuk ke ruang isolasi dan dibawah bilangnya saya bisa melihat bapak saya dari kaca. Ternyata ruangan bapak saya tidak ada jendela dan kaca," ucapnya.

"Langsung saya berontak seketika itu juga. Saya bilang ke perawat kenapa bapak saya diisolasi kan bapak saya belum tentu korona. Hati anak mana yang tidak tega meninggalkan bapak di umur 76 tahun di ruang isolasi sendiri, dengan tangan dan kaki terikat," kesalnya.

Tak hanya itu, ketika Sulis mengancam kepada perawat akan menuntut rumah sakit yang mengcovidkan bapaknya. Perawat tersebut dengan santai menjawab tidak takut, sebab Sulis berasal dari kalangan bawah.

"Bapak Ganjar Pranowo, apakah benar hukum itu hanya berlaku untuk orang atas? Sementara saya keluarga miskin tidak bisa menuntut, sampai akhirnya malam itu juga saya minta bapak saya dibawa pulang. Saya menemui dokter dan menyampaikan niat saya," katanya.

Karena memaksa meminta segera keluar dari rumah sakit, BPJS Sulis pun dihapus dan terpaksa membayar sebagai pasien umum.

"Malam itu juga saya cari uang Pak, untuk membayar rumah sakit 2.500.000. Malam itu juga saya pulang, alhamdulillah di rumah bapak saya mendingan. Tetapi salah satu mantri dari rumah sakit ada yang menyebarkan berita kalau bapak saya reaktif dan tidak mau diswab. Selang 3 hari orang yang tinggal satu rumah dengan bapak saya dites swab semua dan hasilnya negatif," jelasnya.

Yang menyedihkan atas kejadian tersebut, malah membuat warga sekitar mengucilkan keluarganya. Sampai akhirnya, pada tanggal 3 Desember 2020 bapaknya kembali sakit dan ia berniat meminjam tabung oksigen ke rumah sakit. Akan tetapi rumah sakit meminta uang jaminan sebesar satu juta tujuh ratus untuk menyewa tabung oksigen tersebut.

"Saat itu kami tidak ada uang akhirnya kami pasrah. Tepatnya hari kamis malam bapak saya menghembuskan nafas terakhir. Yang membuat hati saya hancur, bapak saya dimakamkan secara corona, tetangga pun tidak ada yang mau memandikan dan menyalati bapak saya," terangnya.

Padahal bapaknya telah berpesan kepadanya, jika meninggal tidak mau dikuburkan menggunakan peti. Namun warga sekitar tetap tidak menghiraukan pesannya.

"Tanggal 6 Desember saya minta hasil lab bapak saya dan bapak saya bukan corona. Sampai sekarang warga masih mengucilkan keluarga kami. Maaf Bapak Ganjar, tolong bantu rakyat kecil seperti kami, saya tidak mau ada korban lagi cukup keluarga saya saja, saya mohon keadilan ini, bapak saya bukan korona," katanya.

Setelah video surat terbukanya viral di media sosial, Sulis Tyowati kembali mengunggah video pada Minggu (13/12/2020) yang menyampaikan bahwasanya Ganjar Pranowo telah menelponnya dan mau membantu menyelesaikan permasalahan yang sedang ia hadapi.

"Dengan datangnya video ini saya ingin menyampaikan bahwa masalah video kemarin. Alhamdulillah sudah clear, sudah selesai, sudah diklarifikasi bapak Ganjar langsung. Bapak Ganjar bersedia membantu terkait masalah bapak saya kemarin, saya ucapkan terimakasih telah mendengarkan keluh kesah rakyat kecil ini," tandasnya.

Dirinya berharap ke semua instansi rumah sakit untuk tidak mengklaim pasien yang berobat langsung dinyatakan positif covid-19. Sebab menurutnya, orang sakit itu butuh dukungan dari pihak keluarga bukan ditinggal sendirian di ruang isolasi.

Reporter: Fitroh Nurikhsan

Load More