SuaraJawaTengah.id - Polisi telah melakukan rekonstruksi ihwal terjadinya bentrok polisi vs laskar FPI yang menewaskan 6 laskar FPI pada Senin (14/12/2020) sekitar pukul 01.00 WIB.
Alih-alih publik mendapat kepastian kronologi tewasnya 6 laskar FPI, hal tersebut justru menimbulkan kontroversi bagi berbagai pihak, salah satunya Refly Harun.
Dalam kanal youtube pribadinya, Ahli Hukum Tata Negara itu menilai bahwa ada banyak hal yang janggal dalam rekonstruksi tersebut.
"Banyak hal yang janggal sobat RH sekalian, mohon maaf rasanya sulit mencerna dengan akal sehat," ujarnya seperti dalam kanal youtube Refly Harun.
Baca Juga: Rekonstruksi Polri Sebut Laskar Ditembak di Mobil, Begini Reaksi Komnas HAM
Ia menjelaskan, saat insiden salip-salipan antara mobil laskar FPI dengan polisi, laskar FPI tidak mengetahui jika itu mobil polisi karena petugas menggunakan mobil preman dan tidak berseragam.
Kemudian, Refly juga mempertanyakan terkait untuk apa polisi menguntit Habib Rizieq di jalan tol, hal itu menurutnya tidak mungkin jika tak ada ada agenda lain.
"Buat apa petugas menguntit atau mengikuti Habib Rizieq kalau tidak ada agenda lain, karena kalau cuma ingin mengetahui ada pengerahan massa atau tidak, ya buat apa dikuntit di jalan tol, mereka kan punya tilik sandi di mana-mana, tinggal kerahkan jaringan mereka pasti akan tahu," katanya.
Menguntit di jalan tol itu, lanjut Refly, menjadi tanda tanya karena orang pasti punya imajinasi yang tidak bisa dikatakan, ditambah lagi di jalan tol itu daerahnya sepi.
"Di jalan tol itu daerahnya sepi, ya something can happen (sesuatu bisa terjadi) ya, bisa terjadi dan bisa berlalu bersama angin (hilang begitu saja). Itu spekulasi ya sobat RH sekalian, kita tidak boleh juga menuduh tetapi tentu pihak aparat juga tidak boleh melarang orang untuk menelaah soal kasus ini, karena ini benar-benar menguji logika kita," ungkapnya.
Baca Juga: Temuan Proyektil jadi Bukti Baru Komnas HAM Investigasi Tragedi Laskar FPI
Selain itu, ia juga menyampaikan bahwa dari fakta dan informasi yang disampaikan, bisa diuji logikanya, seperti logika bela diri yang menurut Relfy belum bisa diterima.
"Untuk logika bela diri, sampai sekarang saya tidak kena, tidak bisa mencerna dengan rela. Bahwa 6 tewas itu karena aparat melakukan upaya bela diri, apalagi mendengar kalau jenazahnya itu ditembak di beberapa bagian," kata Refly.
"Katakanlah ketika melumpuhkan 4 orang di mobil, pertanyaannya adalah berapa petugas yang melumpuhkan? Katakanlah yang melumpuhkan 2 atau 3 petugas misalnya, apakah kemudian ketika ditembak dia masih merebut senjata atau bagaimana, saya tidak memikirkan kalau penembakan itu berkali-kali di dalam mobil sehingga mayatnya tertembus peluru, bahkan ada yang bilang 4 peluru," lanjutnya.
Refly menganggap itu tidak masuk di akalnya, karena jika merebut senjata, dengan 1 tembakan pun harusnya sudah jatuh dan melemah, apalagi petugas sudah terlatih.
"Tanpa bermaksud menyatakan yang benar dan salah, tapi kita bermaksud kembali kepada logika, akal, dan hati nurani, kalau ketiganya sudah konek tidak bisa dibohongi lagi," ujarnya.
Ia juga menyayangkan kepada presiden, karena terlihat seperti tidak menganggap masalah ini sebagai masalah besar. Padahal menurutnya, dalam dalam pengamatan Rocky Gerung ini bisa membelah bangsa antara pro dan kontra. Bukan soal pro dan kontra FPI tapi pro kontra dalam tragedi kemanusiaan.
"Kenapa tragedi kemanusiaan? Karena yang tewas ini anak-anak muda kita sendiri, putra bangsa, warga negara republik indonesia dan pada saat kejadian mereka tidak sedang melakukan tindak pidana, bukan teroris, bukan residivis, bukan orang yang ibaratnya sedang diburu untuk ditangkap," ujarnya.
Di akhir videonya, Refly juga berpesan untuk kembali pada komitmen negara sebagai negara hukum.
"Kita harus kembali berkomitmen dengan negara kita sebagai negara hukum, jangan sampai negara hukum dicederai dengan ambisi-ambisi, persaingan politik tertentu yang dengan mudah mengorbankan nyawa manusia padahal nyawa manusia itu sangat lah berharga dan tidak bisa digantikan dengan apapun," katanya.
Reporter: Aditia Ardian
Berita Terkait
-
Prabowo Terang-terangan Dukung Ahmad Luthfi di Jateng, Refly Harun: Jangan Cawe-cawe Kayak Jokowi
-
Refly Harun Sentil Kasus Tom Lembong: Kerugian Negara Tak Jelas, Jangan Dicari-cari Kesalahan
-
Beda Sikap Rizieq Shihab Soal Kasus Ahok vs Suswono Jadi Omongan, Bak Langit dan Bumi
-
Prabowo Bertekad Memimpin Pemerintahan yang Bersih, Refly Harun: Tapi Omon-omon Tidak?
-
Refly Harun: Soal Kabinet, Era Jokowi Periode Pertama Lebih Baik dari Prabowo
Terpopuler
- Tanggapi Kisruh Andre Taulany Parodikan Gelar Raffi Ahmad, Feni Rose: Lagian Kantor yang Kasih di Ruko
- Berani Minta Maaf ke Lembaga Kerukunan Sulsel, Denny Sumargo Dapat Dukungan dari Sumatera sampai Papua
- Geng Baru Nikita Mirzani Usai Lepas dari Fitri Salhuteru Disorot: Circlenya Lebih Berkualitas
- Cucu Ulang Tahun, Kado dari Kris Dayanti untuk Azura Bikin Atta Halilintar Semringah: Masya Allah!
- Dihujat Gegara Sindir Raffi Ahmad, Pendidikan Andhika Pratama dan Andre Taulany Tak Jauh Beda
Pilihan
-
Setelah Dihitung, Wamenhub Bilang Harga Tiket Pesawat Bisa Turun di Libur Nataru
-
Luhut Yakin Prabowo Bisa Capai Pertumbuhan Ekonomi 8%, Ini Strateginya
-
Teken Dealership Agreement Eksklusif, MAB Jadi Distributor Resmi Truk Yutong di Indonesia
-
Tol Balikpapan-Samarinda Sepi Peminat Meski Persingkat Waktu Menuju IKN, Apa Alasannya?
-
IKN Tak Berpenghuni? Akademisi Sindir Minta Jokowi yang Jadi "Penunggunya"
Terkini
-
BMKG Peringatkan Potensi Cuaca Ekstrem di Jawa Tengah pada 14-16 November 2024
-
Rahasia Sukses Pertashop: Pertamina Ungkap Strategi Peningkatan Pendapatan lewat NFR
-
BMKG Prakirakan Cuaca Berawan dan Kabut di Semarang Hari Ini, Masyarakat Diminta Waspada
-
Prabowo Dukung Cagub Jateng, Bawaslu Telusuri Potensi Pelanggaran Netralitas Presiden
-
Korupsi Pengurusan Tanah di Semarang: Mantan Lurah Sawah Besar Divonis Lebih Ringan dari Tuntutan Jaksa